Bedah Buku “Fatwa & Resolusi Jihad”

LirboyoNet, Kediri- Peranan pesantren dalam membangun dan mempertahankan kemerdekaan bangsa adalah salah satu catatan sejarah yang tidak memiliki celah untuk membantahnya. Keberadaan fatwa dan resolusi jihad yang dikeluarkan oleh KH. Hasyim Asy’ari menjadi bukti konkret untuk mematahkan klaim sebagian pihak yang berusaha mengkaburkan sejarah tersebut. Namun dalam realitanya, sampai detik ini belum ada satu pun buku yang secara khusus mengupas secara rinci tentang fatwa dan resolusi jihad Pengurus Besar Nahdlatul Ulama melalui KH. Hasyim Asy’ari tersebut. Itu lah yang melatarbelakangi penulisan buku “Fatwa & Resolusi Jihad” yang ditulis oleh KH. Agus Sunyoto, Ketua Lembaga Seni Budaya Muslimin (Lesbumi) PBNU.

Sebenarnya, buku yang mengungkap fakta sejarah perang rakyat semesta pertempuran Surabaya 10 november 1945 tersebut sebenarnya akan dilaunching secara resmi saat peringatan Hari Pahlawan Nasional di Jakarta dan berlanjut di 20 kota lain se-Indonesia. Menjadi sebuah kehormatan yang besar, meskipun buku tersebut belum dilaunching secara resmi, kemarin (03/10), sang penulis telah membedahnya terlebih dahulu di gedung Lajnah Bahtsul Masail (LBM) Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri.

Acara didahului sambutan panitia pelaksana, yaitu H. Abdul Muid Shohib. Selanjutnya KH. Abu Bakar Abdul Jalil tampil untuk membuka acara selaku Ketua Tanfidziyah PCNU Kota Kediri yang menyelenggarakan acara tersebut.

Sesi pembahasan bedah buku yang menapaki tangga acara selanjutnya dipandu dan dimoderatori oleh Agus Muhammad Hamim Hr. Dalam sesi ini, seluruh peserta sangat antusias mendengarkan pemaparan tentang latarbelakang, urgensitas, proses penulisan, dan isi buku “Fatwa & Resolusi Jihad” secara langsung dari penulisnya, KH. Agus Sunyoto.

“Buku ini adalah buku pertama yang membahas tentang fatwa dan resolusi jihad yang dikeluarkan oleh KH. Hasym Asy’ari sebagai jawaban atas pertanyaan Ir. Soekarno berkenaan dengan sikap yang harus diambil ketika musuh datang menduduki Tanah Air. Karena selam ini masih banyak kalangan yang mengaburkan sejarah ini dan menganggapnya hanya sekedar dongeng warga Nahdliyin,” ungkap pria kelahiran Surabaya tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.