Mengenal Kitab Fathul Mu’in Karya Syekh Zainuddin Al-Malibari

Mengenal Kitab Fathul Mu'in

Kitab Fathul Mu’in termasuk salah satu literatur fikih monumental yang sering dikaji dan dijadikan kurikulum disiplin ilmu fikih sebagian besar pondok pesantren di Indonesia. Umumnya, kitab ini menjadi bahan kajian atau kurikulum tingkat menengah bagi para santri atau pelajar yang telah menghatamkan kitab Fathul Qorib karya Syekh Ibnu Qasim al-Ghazi di tingkat dasar.

Memiliki nama lengkap Fathul Mu’in bi Syarh Qurrah al-‘Ain, kitab ini ditulis sebagai penjelas (Syarah) dari kitab sebelumnya, yakni Qurrah al-‘Ain bi Muhimmat ad-Din. Kedua kitab tersebut merupakan buah karya seorang ulama di wilayah Malaibar, India yang bernama Syekh Zainuddin al-Malibari (w. 987 H). Beliau termasuk salah satu murid Imam Ibnu Hajar al-Haitami (w. 974 H), ulama terkemuka Mazhab Syafi’i.

Menurut penuturan penulisnya, kitab Fathul Mu’in ini merupakan kitab yang isinya merupakan kajian-kajian disiplin ilmu fikih pilihan yang merujuk pada kitab-kitab pegangan buah karya ulama-ulama besar sebelumnya. Di antaranya adalah dari kitab-kitab karangan guru beliau yakni Ibnu Hajar al-Haitami, juga kitab-kitab karangan Wajhuddin Abdurahman bin Ziyad Az-Zubaidi, dan lain-lain.

Metode Penulisan

Dalam hal metodologi penulisannya, kitab ini terkenal memiliki keunikan tersendiri, berbeda dengan kitab-kitab fikih pada umumnya. Hal ini dapat kita lihat dari kepiawaian Syekh Zainuddin al-Malibari dalam mengkolaborasikan bab-bab tertentu yang memiliki titik kesamaan ke dalam satu tema pembahasan. Salah satu contoh adalah mengkolaborasikan materi mengenai Qurban dan Aqiqah di akhir pembahasan-pembahasan terkait Haji.

Di sisi lain, Syekh Zainuddin al-Malibari tidak terpaku pada model penulisan yang terlalu sistematis dan penuh dengan konsep belaka. Akan tetapi beliau lebih memilih pada cara penulisan yang aplikatif. Sehingga dalam mengupas sebuah pembahasan tertentu, penulis sering kali memberikan contoh kasus permasalahan. Tentu saja model penulisan semacam ini lebih membantu pembaca dalam menerapkan hukum yang ada.

Di antara keistimewaan lain kitab ini adalah menyebutkan beberpa khilaf ulama yang beliau nukil dari kitab-kitab mereka yang mu’tabar dengan mentarjih pendapat mereka, baik secara langsung maupun secara isyarat.

Meskipun bobot pembahasan yang diusung terbilang berat, namun bahasa yang digunakan dalam kitab Fathul Mu’in terbilang ringkas. Untuk itu, demi mempermudah pembelajaran dan pengkajian terhadap kitab ini, banyak para ulama yang membuat karya lanjutan yang berupa Hasyiyyah (komentar penjelas). Di antara karya yang paling populer di Indonesia adalah Hasyiyah I’anah at-Thalibin karya Sayyid Abi Bakar Syato ad-Dimyati (w. 1310 H) dan Tarsyih al-Mustafidin karya Sayyid Alawi bin Ahmad Assegaf (w. 1335 H). []WaAllahu a’lam

Baca juga:
SEKILAS TENTANG KITAB FATHUL WAHHAB

Simak juga:
Prinsip dalam Beramal

# MENGENAL KITAB FATHUL MU’IN
# MENGENAL KITAB FATHUL MU’IN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.