Jangan Marah-marah!

Kondisi fisik capek, penuh permasalahan, hati sedang gundah, sering kali kita rasakan. Dalam kondisi demikian tak jarang membuat emosi seseorang lepas kendali sehingga menjadikannya marah.

Sebagai makhluk paling sempurna manusia merupakan makhluk paling kompleks. Oleh karenanya manusia tersusun dari berbagai unsur.

Imam Fakhruddîn ar-Râzi, dalam mahakaryanya mengemukakan, manusia terdiri dari jiwa dan raga. Jiwa manusia merupakan sesuatu yang paling mulia di muka bumi, sedang raganya merupakan raga dengan sebaik-baiknya bentuk.

Selain itu , manusia juga memiliki naluri kecenderungan (nafsu) terhadap sesuatu objek yang bersifat indrawi atau material. Kemudian sebagai penyeimbang kecenderungan di atas, manusia juga dibekali dengan kemampuan logika guna membedakan antara yang baik dan yang buruk, yang manfaat dan yang mudarat.

Atas dasar itulah manusia merupakan makhluk terbaik berbanding dengan makhluk lainnya. Karena berbeda dengan malaikat yang hanya memiliki kemampuan berpikir tanpa memiliki kecenderungan nafsu, atau hayawan yang hanya memiliki nafsu tanpa kawalan akal, atau bahkan tumbuh-tumbuhan serta benda-benda mati yang tidak memiliki keduanya.

Kecenderungan nafsu hayawaniah sabu’iyah mendorong seseorang untuk berlaku sebagaimana hewan buas, penuh akan rasa amarah. Meski memiliki fungsi untuk membela diri dari musuh atau hal-hal lain yang dapat mengancam, namun bila nafsu ini tidak dimenejemen dengan baik maka justru akan menjadi senjata makan tuan bagi pemiliknya.

Emosi berlebihan hingga menjadi marah akan banyak sekali menimbulkan dampak negatif. Baik untuk dirinya sendiri ataupun kadang dapat merugikan orang lain. Oleh karenanya Nabi Muhammad menjelaskan saat ada yang seorang yang meminta nasihat:


عن أبي هريرة رضي الله عنه، أن رجلا قال للنبي صلى الله عليه وسلم: أوصني، قال: «لا تغضب» فردد مرارا، قال: «لا تغضب»
Artinya: Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA. bahwasanya ada seorang laki-laki berkata pada Rasulullah Saw. “Berilah diriku nasihat!”, Rasulullah bersabda “Jangan marah!”. Kemudian orang tersebut sering kembali meminta nasihat demikian dan sabda Nabi “Jangan marah!” HR. Al-Bukhari

Nah kalau begitu gimana sih tips agar kita tidak mudah marah-marah?
Al-Ghazali memiliki tips jitu dalam menahan emosi/amarah diantaranya adalah sebagai berikut

وإنما يعالج الغضب عند هيجانه بمعجون العلم والعمل ، وأما العلم فهو أمور :
الأول أن يتفكر في الأخبار التي سنوردها في فضل كظم الغيظ والعفو والحلم والاحتمال فيرغب في ثوابه

Untuk menyembuhkan kemarahan adalah dengan cara menggabungkan ilmu dan amal. Menyembuhkan kemarahan dengan ilmu diantaranya adalah :

1. Bertafakur dengan hadits-hadits tentang kelebihan orang yg mampu menahan amarah, sebagiannya “hai anak adam, ingatlah Aku ketika marah, Aku akan mengingatmu saat marah maka tidak akan Aku hapus engkau dalam golongan orang-orang yang Aku hapus”

الثاني أن يخوف نفسه بعقاب الله
2. Menakuti diri kita sendiri akan siksaan Allah bagi orang pemarah

الثالث أن يحذر نفسه عاقبة العداوة والانتقام وتشمر العدو لمقابلته والسعي في هدم أغراضه والشماتة بمصائبه وهو لا يخلو عن المصائب فيخوف نفسه بعواقب الغضب في الدنيا إن كان لا يخاف من الآخرة

3. Mengingatkan dirinya sendiri akan dampak permusuhan karena bias saja akan berdampak menimbulkan musibah di dunia pada diri sendiri bila ia tidak takut akan dampak marah saat di akhirat kelak

الرابع أن يتفكر في قبح صورته عند الغضب بأن يتذكر صورة غيره في حالة الغضب ويتفكر في قبح الغضب في نفسه

4. Melihat jeleknya marah, dengan cara mengingat orang lain saat marah, bararti kitapun kalau marah juga jelek

الخامس أن يتفكر في السبب الذي يدعوه إلى الانتقام ويمنعه من كظم الغيظ

5. Mengingat-ingat kembali hal sebab yang menjadikan kita marah dan bisa menghilangkan sabar kita

السادس أن يعلم أن غضبه من تعجبه من جريان الشيء على وفق مراد الله لا على وفق مراده فكيف يقول مرادي أولى من مراد الله

6. Mencoba menyadari bahwa marah sebenarnya adalah keinginan agar yang dikehendaki sesuai dengan kehendak Allah, bukankah artinya kita akan memaksakan kehendak kita diatas kehendak Allah ?

Sedangkan menyembuhkan kemarahan dengan amalan diantaranya dengan:
1. Mengucapkan kalimat “a’udzubillahi minasy syaitoonirrojiim”.
2. Jika marahnya dalam keadaan berdiri, maka duduklah, dan jika marahnya dalam keadaan duduk maka tidurlah.
3. Dianjurkan berwudhu dengan air yang dingin, karena kemarahan sumbernya dari api dan tidak bisa memadamkan api kecuali air.

Demikianlah beberapa cara untuk meredam emosi sebagaimana disampaikan dalam kitab Ihya’ Ulumuddin. Wallahu a’lam.

Baca juga: Ini Etika yang Harus Dipenuhi dalam Menasehati Pemimpin

Simak juga: Ensiklopedia Buku Lirboyo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.