Mengenal Orang Lain, Tak Mengenal Diri Sendiri

    Oleh: Imam Rosyikhin

    Ketika seseorang bertanya, “Bagaimana pendapatmu tentang Karim?” Dengan mudah kita menjawab, “Dia itu pendiam, mudah marah, pelit, dan sombong.” Jika orang itu bertanya lagi, “Kalau Rahman bagaimana?” Dengan mudah pula kita menjawab, “Dia itu pintar, ganteng tapi sayang, dia miskin dan kurang pede, kecil hati lagi.”

    Setiap kali ditanya tentang kepribadian seseorang, tak perlu berpikir panjang, memeras otak, sangat mudah bagi kita menjawabnya. Menilai karakter orang lain, membaca kepribadian orang lain, dan lain sebagainya.

    Namun, pernahkah Anda ditanya tentang kepribadian Anda sendiri, tentang karakter Anda sendiri? Bagaimana Anda menjawabnya? Mudahkah Anda menjawab pertanyaan itu? Tentunya tidak mudah bagi Anda menjawab pertanyaan itu. Tak semudah ketika Anda ditanya tentang kepribadian orang lain.

    Kalau kita pikir, aneh juga sebenarnya. Begitu mudah kita mengenal kepribadian orang lain, namun kita justru kesulitan, kerepotan mengenal kepribadian kita sendiri. Benar peribahasa mengatakan, “Semut di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tak tampak.”

    Memang, bukan berarti menilai orang lain itu adalah hal yang salah, yang dilarang agama. Bahkan, kadang kita diharuskan menilai kepribadian orang lain. Seperti saat kita akan melamar seorang wanita untuk menjadikannya istri, memilih seorang pemimpin, atau menjalin relasi kerja. Dalam keadaan seperti ini jika kita tidak melakukan penilaian terlebih dahulu, bisa berakibat fatal. Namun jika penilaian kita melebihi porsi semestinya, kita akan kebablasan punya hobi menilai orang lain sementara kita lupa menilai diri kita sendiri.

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.