Menyibak Perjalanan Rosm Utsmani

Photo by Mishary Alafasy on Unsplash

Rosm Utsmani tersusun dari dua kata yaitu rosm dan utsmani. Rosm merupakan kata kerja dari lafad رَسَمَ – يَرْسِمُ – رَسْمًا  yang memiliki makna menulis (tulisan/menggambar), sementara utsmani adalah lafad yang diambil dari nama khalifah ketiga yaitu SayyidinaUtsman bin Affan. Sehingga Rosm Utsmani memiliki arti tulisan atau buah tulisan dari Sayyidina Utsman.

Dalam tulisan ini, penulis ingin mengingatkan kembali akan pentingnya al-Qur’an Rosm Ustmani ini. Negara-negara di Timur Tengah, sampai Malaysia dan Brunei Darussalam, mengharuskan penduduk Muslim untuk menggunakan al-Qur’an berstandar Rosm Utsmani.

Kenapa Rosm Ustmani begitu penting?

Munculnya al-Qur’an berstandar Rosm Utsmani pada dasarnya memiliki sejarah yang panjang. Bermula dari ide Sayyidina Umar bin Khattab untuk melakukan pembukuan al-Qur’an pada kekhalifahan Sayyidina Abu Bakar as-Siddiq. Gagasan ini muncul karena adanya tuntutan keadaan.

Sebab pada waktu itu, banyak para huffadzil quran (penghafal al-quran) gugur secara syahid di medan perang. Hal ini menjadi kekhawatiran di benak sahabat Umar akan hilangnya hilangnya al-Qur’an dari hafalan umat Muslim. Dari alasan ini kemudian Sahabat Umar memberikan saran kepada Sayyidina Abu Bakar untuk membukukan al-Qur’an.

Awalnya Sayyidina Abu Bakar menolak gagasan tersebut dengan dalih karena belum pernah terjadi pada masa Rasulullah dan Rasul tidak pernah memerintahkannya.

Setelah  Sayyidina Abu Bakar tersadar akan pentingnya perihal tersebut, maka dibentuklah tim pembukuan mushaf dan terciptalah satu mushaf yang dipegang oleh Sayyidina Abu Bakar, lalu Sayyidina Umar. Setelah Sayyidina Umar wafat, mushaf itu berpindah ke Sayyidah Hafshah, putri beliau sekaligus istri Rasulullah SAW.

Era Khalifah Utsman bin Affan

Memasuki era Khalifah Utsman bin Affan keadaan semakin tidak kondusif. Banyak sahabat yang berselisih tentang bacaan al-Qur’an. Sahabat satu dengan sahabat yang lain saling mengklaim bacaannya paling benar. Antar qobilah juga saling bertengkar tentang bacaan al-Qur’annya.

Dengan keadaan seperti itu, Sayyidina Utsman kemudian membentuk tim pembukuan mushaf al-Qur’an untuk dijadikan kiblat bagi semua umat Islam agar tidak ada lagi perdebatan dan perpecahan ketika membaca dalam mushafnya. Untuk mengatasi bacaan al-Qur’an yang berbeda-beda, Khalifah Ustman menunjuk Sahabat Zaid bin Tsabit sebagai ketua dan Sahabat Sa’id bin ‘Ash sebagai pendikte.      

Zaid bin Tsabit membukukan al-Qur’an dari hafalan para sahabat dan juga dari mushaf al-Qur’an yang ditulis pada masa kekhalifahan Sayyidina Abu Bakar. Setelah selesai, mushaf itu dikoreksi oleh Sahabat Zaid bin Tsabit sebanyak tiga kali dan Khalifah Utsman satu kali. Pada koreksian pertama, beliau tidak menemukan ayat ke-23 dari Surat al-Ahzab. Beliau pun kemudian menanyakannya kepada para sahabat, akan tetapi tidak ada yang mengetahuinya. Hingga akhirnya ayat tersebut ditemukan pada Sahabat Khuzaimah bin Tsabit. Begitu juga pada pengoreksian ke dua beliau juga tidak menemukan dua ayat terakhir surat at-Taubah dan beliau temukan pada sahabat Abu Khuzaimah al-Anshori.

Setelah selesai pengoreksian, mushaf pun dikirimkan ke beberapa kota. Khalifah Utsman saat itu juga memerintahkan agar membakar semua mushaf selain mushaf yang telah beliau bukukan. Tak luput juga mushaf yang dibukukan pada masa khalifah Sayyidina Abu Bakar.

Ini semua beliau lakukan demi kemaslahatan umat Muslim, agar tidak ada lagi perselisihan bacaan di antara para sahabat. Dari uraian ini, dalam menggunakan mushaf, semestinya semua umat Islam memakai al-Quran berstandar Rosm Utsmani. Di samping menjaga orisinalitas al-Qur’an, juga menghargai jerih payah para sahabat yang berkontribusi besar pada peristiwa ini.

baca juga: Menelisik Kehebatan Ijtihad Sahabat Umar RA.
tonton juga: Akun Wali Santri dalam Aplikasi SIMPONI LIRBOYO

Penulis: Reza Arifin, santri asal Lampung dari Pondok Induk Lirboyo.

Menyibak Perjalanan Rosm Utsmani
Menyibak Perjalanan Rosm Utsmani