Sejarah Perkembangan Ilmu Mantiq

Sejarah Perkembangan Ilmu Mantiq | Keistimewaan manusia dari makhluk yang lain tidak karena manusia memiliki kelebihan akan akal. Bisa diungkapkan bahwa manusia dengan pikirannya, merupakan isi dari alam ini. Salah satu fungsi akal sendiri tiada lain sebagai petunjuk jalan guna memilih yang bermanfaat dan meninggalkan yang mudharat.      

Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi akal, sangat menganjurkan umatnya untuk memberikan asupan kepada akal. Tujuannya agar ia tidak terjerumus ke dalam kesesatan berlogika. Dalam kajian olah pikir ini, di pesantren, diajarkan dengan ilmu mantiq. Sebagian ulama menyebut bahwa mantiq oleh mantiq merupakan bapak dari segala ilmu. Hal Ini tidak berlebihan, mengingat mantiq merupakan formula dan alat untuk menuju metode berpikir yang benar dan jernih hingga sampai kepada kesimpulan yang benar pula.

Pada dasarnya, pengertian ilmu mantik sendiri—menurut Syekh Abu Abdullah Muhammad Ahmad Muhammad ‘Ulaisy—adalah:

َالْمَنْطِقُ هُوَ قَا نُوْنٌ تَعْصِمُ مُوَا عَاتُهُ بِـتَوْفِيْقِ اللهِ تَعًا لىَ الذِّ هْنَ مِنَ آلْخَطَاءِ فىِ فِكْرِهِ

“Ilmu mantiq adalah tatanan berpikir yang dapat memelihara otak dari kesalahan berpikir dengan pertolongan Allah SWT.

Sedangkan menurut Al-Quasini berpendapat:

عِلْمٌ يُبْحَثُ فِيْهِ عَنِ الْمَعْلُوْمَاتِ الْتَّصَوُّرِ يَاتِ وَ الْتَّصْدِيْقِيَاتِ مِنْ حَيْثُ أَنَّهَا تُوَصِلُ اِلى مَجْهُوْلٍ تَصَوُّرِيٍّ اَوْتَصْدِيْقٍ اَوْيَتَوَقَفُ عَلَيْهَا الْتَّوَصُلُ اِلى ذَالِكَ

“Ilmu yang membahas objek-objek pengetahuan tashawur dan tashdiq untuk mencapai interaksi dari keduanya, atau sesuatu pemahaman yang dapat mendeskripsikan tashawur dan tashdiq.”

Dari pendapat di atas, ilmu mantiq dapat disimpulkan sebagai ilmu yang mempelajari tentang kaidah-kaidah yang dapat membimbing manusia ke arah berpikir secara benar yang menghasilkan kesimpulan yang benar sehingga ia terhindar dari berpikir secara keliru hingga menghasilkan kesimpulan salah.

Manusia sebagai makhluk yang berakal tidak akan lepas dari berpikir. Namun, pada saat mereka berpikir, manusia sering kali dipengaruhi oleh berbagai tendensi, emosi, subyektifitas yang menyebabkan ia tidak dapat berpikir jernih, logis dan obyektif. Mantiq merupakan upaya agar seseorang dapat berpikir dengan cara yang benar dan tidak keliru.

Awal Mula Ilmu Mantiq

Pada abad ke 5 sebelum Masehi di Yunani, Mantiq (logika) oleh ahli-ahli filsafat Yunani kuno merupakan ilmu yang sangat penting. Dalam sejarahnya, pencetus ilmu ini adalah Socrates yang kemudian dilanjutkan oleh Plato dan disusun secara rapi oleh Aristoteles (384-322 SM).

Ketika agama Islam telah tersebar di Jazirah Arab dan dipeluk secara meluas sampai ke bagian Timur dan Barat, perkembangan ilmu pengetahuan pun mengalami kemajuan yang pesat. Puncaknya terjadi pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Di periode inilah terjadi penerjemahan ilmu-ilmu filsafat Yunani ke dalam bahasa Arab, termasuk ilmu mantiq.

Dalam Islam, ilmu mantiq mulai diperkenalkan oleh Al-Farabi, salah satu filsuf Muslim yang sering dinyatakan sebagai maha guru kedua dalam ilmu pengetahuan. Pada masa Al-Farabi ini, ilmu mantiq dipelajari lebih rinci dan dipraktikkan, termasuk dalam pentasdiqan qadhiyah. Selain itu, para ulama juga semakin mendalami, menerjemahkan, dan mengarang karya dalam bidang ilmu mantiq ini. Di antaranya; Abdullah Ibn Al-Muqaffa’, Yaqub Ibn Ishaq Al-Kindi, Abu Nashr Al-Farabi, Ibn Sina, Abu Hamid Al-Ghazali, Ibn Rusyd Al-Kuthubi dan masih banyak lagi, dengan kualitas karya yang sangat luar biasa, seperti; An-Najah fi Hikmah al-Mantiqiyyah wa at-Tabi’iyyah wa al-Ilahiyyah karya Ibnu Sina (W: 427 H), Shaun al-Mantiq wa al-Kalam ‘an Fan al-Mantiq wa al-Kalam karya as-Suyuti (W: 911 H), al-Mufakkirun al-Muslimun fi Muwajahati al-Mantiq al-Yunani karya at-Taba’i.

Oleh: Ulul Albab Bag. D.03
baca juga: Nyanyian dan Hal-hal yang Tak Selesai
tonton juga: Khazanah Fikih Kedokteran | Ensiklopedia Buku Lirboyo

Sumber:

Dr. Ali Jum’ah, Al Bayan lima Yusghilul Azhan.
Ahmad Abdul Mun’im Damanhuri, Idhahul Mubham Min Ma’aani Sullam.
Al-Baidhawi,Thawali’ul Anwar.
Bisyri Mustofa Cholil, Ilmu Mantiq Terjemahan Assulamul Munauroq. Bandung: PT. al-Ma’arif 2000.
A. Basiq Djalil, Logika (Ilmu Mantiq), Jakarta: Kencana Prenada Media Grup 2010.

Sejarah Perkembangan Ilmu Mantiq