Kiai Anwar: Ilmu Harus Dizakati

الحمد لله و الصلاة والسلام على رسول الله سيدنا ومولانا محمد ابن عبدالله وعلى اله وصحبه ومن واله. رب اشرح لى صدري ويسر لى أمري واحلل عقدة من لساني يفقه قولي. أما بعد

Anak-anakku, alhamdulillah, kita sudah sampai pada fase pertama dalam belajar, yaitu mulai Syawal sampai Maulud. Kita libur sementara untuk menyegarkan pikiran kita. Dan juga, kalau sudah di pondok lagi biar lancar mondoknya, ya?

Anugerah Allah patut disyukuri. Ini waktu kalian untuk melihat apa yang dibutuhkan masyarakat. Apa yang dibutuhkan masyarakat, itu kalian siapkan.

العالم سراج الأمة

Orang alim itu sebagai lampu daripada umat. Apa yang gelap di masyarakat, kitalah yang menyinari. Maka dari itu, kalian mondok yang serius dan sungguh-sungguh. Jangan main-main. Kalian lihat kemampuan kalian.

Kita di pondok itu masya Allah, paling enak. Tidak ada kenikmatan selain di pondok. Jadi, masya Allah, pondok itu tempat yang paling bahagia. Banyak orang jamaah, banyak orang mengaji, banyak orang belajar. Semua adalah ibadah. Kalian belajar di kamar setara dengan salat malam. Kalian diajari ilmu, terus dipelajari, itu setara dengan shalatullail. Kalau tidak belajar, ya tidak bisa. Maka, tidak ada kemuliaan yang diberikan oleh Allah, melebihi apa yang diberikan kepada orang yang belajar. Kalian berangkat mondok dari rumah, dengan membaca “bismillahirrohmanirrohim, saya niat mencari ilmu dan ridla Allah,” maka dalam setiap langkah perjalanan kita sudah dinilai ibadah.

Juga, langkah kaki kita bukan beralaskan karpet. Kita melangkah dengan beralaskan sayap para malaikat, karena mereka ridla dengan apa yang kalian lakukan, yakni melangkah untuk mencari ilmu.

Kenapa kita harus mengaji? Karena kita hidup di dunia ini:

وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون

Manusia diciptakan dan diperintah untuk mengaji, mencari ilmu. Orang tidak akan bisa ibadah tanpa mengaji. Karena itu, orang baik di dunia hanya ada dua, mereka yang mengajarkan ilmu dan mereka yang belajar.

Pondok adalah seenak-enak tempat. Kalian shalat jama’ah tidak perlu jauh-jauh. Kalian ingin belajar juga tidak kesulitan. Dan di pondok tidak ada orang yang berbuat macam-macam.

[ads script=”1″ align=”center”]

 

Nanti kalau kalian sudah datang di rumah, sungkem kepada orangtua ya? Yang asalnya tidak berbahasa halus, diperhalus lagi bahasanya. Ada tidak yang masih belum berbahasa halus kepada orangtuanya? Jangan sampai tidak. Itu tidak etis. Hormatilah orangtua kalian. Masa memanggil orangtua sama dengan memanggil teman? Tidak etis. Apapun kesibukan orangtua, seyogyanya kalian bantu. Orangtua sudah merawat kita sejak kita berupa gumpalan daging.

Mari sekarang kita birrul walidain. Birrul walidain yang sejati, kita belum bisa melaksanakannya. Tidak akan bisa. Terus bagaimana? Yang penting tidak mengecewakan orangtua. Itu sudah usaha yang terbaik. Jangan sampai kalian meresahkan orangtua. Ketika seseorang sudah birrul walidain, masya Allah, gerak langkahnya akan mendapat barokah dari Allah. Menuruti apa yang dihendaki oleh orang tua adalah salah satu wujud dari birrul walidain.

Ini benar. Ketika kalian akan kembali ke pondok, mintalah doa kepada orangtua, “Bu, doakan saya agar mendapat ilmu yang barokah.” Tindakan kalian ini membuat orangtua senang. Lalu, ketika uang saku yang diberikan ternyata kurang, jangan cemberut. Tidak ada orangtua yang merawat anaknya secara main-main. Benar itu. Orangtua bekerja pasti untuk kebutuhan anaknya. Jangan sampai cemberut ketika uang saku kalian kurang. Dosa besar. Itu namanya menyusahkan orangtua. Orangtua berkenan merawat kalian itu sudah sangat patut disyukuri. Agar barokah. Agar ilmu kalian barokah.

Ilmu ketika tidak dipraktekkan, tidak akan ada faedahnya. Ilmu segunungpun tidak akan berguna. Ilmu yang kalian dapati, harus kalian zakati. Bagaimana zakat ilmu? Kalau kalian mengaji, 10 persen darinya kalian lakukan. Jika kalian mengaji Safinah, lakukan 10 persen dari kitab itu.

Guru kalian sangat gigih dalam mengurus kalian. Menemani musyawarah. Itu karena mereka sangat ingin kalian menjadi orang pintar dan mendapat ilmu yang bermanfaat. Maka, kalian harus serius. Kalian harus sungguh-sungguh. Kalau seperti itu, kalian akan mati syahid.

Karena kita sudah mengaji, harusnya berbeda dengan mereka yang tidak mengaji.

هل يستوى الذين يعلمون والذين لايعلمون

Tidaklah sama antara orang yang mempunyai ilmu dengan yang tidak. Terus, nanti kalau sudah pulang, jangan seperti orang yang tidak mengenal syariat, ya? Kalian di pondok sudah diajari berakhlakul karimah, diajari cara bertata krama. Termasuk dari memuliakan para masyayikh adalah menjaga akhlak kalian. Jangan sampai mencemarkan nama pondok pesantren. Ketika kalian ada di pondok, diawasi oleh pondok. Ketika kalian di luar, prilaku kalian akan dilihat orang. Kita harus mengkoreksi diri. Kalian harus berpikir, ini harus dilakukan apa tidak. Karena menjaga prilaku adalah kewajiban kita.
Kalian harus tawadlu. Meskipun kita menjadi orang yang pintar, jangan merasa pintar. Jangan sok pintar. Semua itu adalah pemberian dari Allah. Harus disyukuri dengan tawadlu.

Nanti kalau sudah datang kembali ke pondok, kalian kan ujian lagi. Siapkan itu. Dipelajari lagi. Kita kan ingin menjadi orang yang hidup dengan sempurna. Menjadi orang alim yang dapat bermanfaat dengan ilmunya.

Di manapun juga, akhlakul karimah yang harus dipakai, ya? Terutama masalah salat. Jangan main-main. Nabi mendapat perintah salat tanpa perantara malaikat. Nabi dipanggil langsung oleh Allah untuk menerima perintah salat. Semua ibadah itu diperintahkan lewat perantara malaikat. Kecuali salat. Makanya, jangan bangun kesiangan. Jangan meninggalkan salat. Benar itu.

Dan di manapun tempatnya,

اتق الله حيثما كنت

Karena di kanan-kiri kita ada yang tidak tidur. Yang satu mencatat, satu lagi juga mencatat. Jadi, jangan merasa sendirian dan tidak ada yang mengawasi. Malaikat itu tidak tidur. Kita jangan merasa bisa melakukan apapun seenaknya sendiri. Jangan.

واتبع السيئة الحسنة تمحوها

Kalau kita melakukan hal yang kurang baik, mari kita ikuti dengan amal yang baik. Kalau toh terpeleset, segera membasuh diri.

وخالق الناس بخلق حسن

Dan kita bergaul dengan masyarakat dengan akhlak yang baik. Ini dasar agama. Sudah, ini harus dilakukan dengan sungguh-sungguh.

Jadi, saya minta benar-benar. Silakan kalian pulang. Tapi jaga akhlakul karimahnya. Kalian diperhatikan orang. Prilaku kalian diingat oleh orang, “oh, santri lirboyo ternyata akhlaknya buruk.” Ketika seperti itu, yang tercemar bukan hanya kalian. Nama pondok juga ikut buruk. Maka dari itu, saya minta benar-benar, jangan seenaknya sendiri. Kita jaga nama baik Mbah Abdul Karim. Kita jaga nama baik Mbah Marzuqi. Kita jaga nama baik Mbah Mahrus. Kewajiban dari santri adalah menghormati guru. Hormat terhadap guru dapat menjadikan hidup kita barokah. Benar itu. Semoga kita dimuliakan oleh Allah dengan hidup yang barokah.

Nabi Muhammad menitipkan kepada kita,

وخالق الناس بخلق حسن

Ketika bergaul dengan masyarakat, kita gunakan akhlak yang baik. Jangan merasa kita melebihi mereka. Jangan sampai seperti itu.

Ini saja yang saya sampaikan. Kita belajar disiplin. Kita belajar tertib. Kita belajar patuh terhadap peraturan. Sudah.

والعفو منكم. الفاتحة

*Disarikan dari ceramah beliau dalam acara pembekalan sebelum liburan maulud kemarin (17/12/2015).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.