Belajar Karena Butuh

Belajar Karena Butuh

Rasulullah menganjurkan kapada manusia untuk belajar sejak dini hingga jasad dimasukkan ke liang lahad. Dalam konteks bermasyarakat, sudah barang tentu seseorang harus berilmu terlebih dahulu sebelum berkecimpung di dalamnya.

Setidaknya, meskipun seseorang mengaku bahwa kapasitas otak tidak kompatibel dengan perangkat pelajaran yang dari tahun ke tahun semakin sulit. Ia harus tetap mempunyai sebuah tekad yang patut dipertahankan.

Imam Syarifuddin Yahya al-Imrithi sendiri memberikan motivasinya agar para pemuda memiliki tekad yang kukuh supaya mereka dapat menjadi orang yang berilmu.

إذ الفتى حسب اعتقاده رفع  #  وكل من لا يعتقد لم ينتفع

“Keluhuran derajat seorang pemuda dinilai ketika dia memiliki tekad. Dan barangsiapa tidak memiliki tekad ia tidak akan dapat mengambil manfaat dari suatu perkara apa pun.”

Tekad haruslah mengikuti jalan yang lurus. Dalam arti tekad bukan sekedar ambisi menjadi pintar atau yang lainnya. Seperti belajar agar menjadi kyai yang disegani, banyak duit, beristri cantik dan lain sebagainya. Hal itu berbahaya! Karena dapat diibaratkan bak sebuah oklusi yang menyebabkan terjadinya kekacauan multiverse. Njlimet!

Tujuan belajar bukan untuk neko-neko (sebagaimana uraian di atas), melainkan karena kita memang butuh akan pengetahuan. “Belajar karena butuh, bukan sekedar hobi.” Begitu, ungkap Erick Thohir, salah seorang menteri BUMN. Belajar karena butuh menjadi metode paling ampuh untuk memahami ajaran Islam dan modal terbaik untuk membangun mozaik-mozaik kejayaan Islam.

Tidak hanya tekad yang kukuh saja, lebih dari itu, dibutuhkan juga keistiqomahan dalam belajar agar mendapatkan hasil yang maksimal.

الإستقامة من أسباب الفتوح

            “Istiqomah merupakan salah satu dari beberapa penyebab terbukanya hati.”

Istiqomah atau konsisten tidak sulit, bila dijadikan sebuah kebutuhan. Kebutuhan yang diorientasikan melalui istiqomah, khususnya dalam hal belajar, bisa menjadi penyebab terbukanya hati seseorang. Bila hati telah terbuka, semuanya akan terasa mudah. Dan saya sendiri (penulis: red) belum tahu rasanya futuh (terbukanya hati). Semoga saja rasa butuh kepada belajar dapat menjadi lantaran futuh bagi kita semua. Amin..

Baca juga: Menata Niat dalam Belajar
Tonton juga: Kenapa Kita Harus Cinta Kepada Bangsa dan Tanah Air

Penulis: Tsaqif Naja (Santri kelas III Tsanawiyah bermukim di kamar L.06 Banyumas)

One thought on “Belajar Karena Butuh

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.