Pujangga Kitab Ad-Diba’i dan Keistimewaan Al-Fatihah

Pujangga Kitab Ad-Diba’i dan Keistimewaan Al-Fatihah | Kitab maulid adalah kita-kitab yang menerangkan tentang kisah perjalanan hidup Rasulullah saw. Sang Cahaya dan Rahmat bagi alam semesta. Banyak sekali kitab yang merangkan tentang pribadi Nabi. Salah satu kitab yang paling populer di kalangan umat Islam Indonesia adalah kitab Maulid Ad-diba’i atau Diba’.

 Istilah ini diambil dari nama pengarangnya yaitu Al-Imam Wajihuddin Abdurrahman bin Muhammad bin Umar bin Ali bin Yusuf bin Ahmad bin Umar ad-Diba`i Asy-Syaibani Al-Yamani Az-Zabidi Asy-Syafi`i. Beliau juga dikenal dengan julukan Ibn Diba`.

Beliau dilahirkan di kota Zabid (salah satu kota di Yaman utara) pada sore hari Kamis, 4 Muharram, 866 H. (8 Oktober 1461 M). (kitab Maulid al-Hafidz ibn al-Daiba’i, karya Sayyid ‘Alawi al-Maliki hal 5).

Geografis Kota Zabid

            Zabid merupakan salah satu kota pusat keilmuan di Yaman, di mana sejarah mencatat banyak ulama-ulama dari berbagai penjuru belahan dunia yang datang untuk menuntut ilmu atau sekedar mencari sanad hadis di kota ini. Bahkan tak jarang dari mereka yang akhirnya enggan kembali ke daerah asalnya dan memilih untuk tinggal di kota Zabid sampai akhir hayatnya.

            Kota ini sudah dikenal sejak masa hidupnya Nabi Muhammad SAW, tepatnya pada tahun ke-8 Hijriyah. Di mana saat itu datanglah rombongan suku Asy`ariah (di antaranya adalah Abu Musa Al Asy`ari) yang berasal dari Zabid ke Madinah Al Munawwaroh untuk memeluk agama Islam dan mempelajari ajaran-ajarannya. Karena begitu senangnya atas kedatangan mereka, Nabi Muhammad SAW. berdoa memohon semoga Allah SWT. memberkahi kota Zabid dan Nabi mengulangi doanya sampai tiga kali (HR. Al Baihaqi). Berkat barokah doa Nabi, hingga saat ini, nuansa tradisi keilmuan di Zabid masih bisa dirasakan. Hal ini karena generasi ulama di kota ini sangat gigih menjaga tradisi khazanah keilmuan Islam.

Masa Kecil Ibn Diba`

Pengarang Maulid Diba`i ini lahir ketika ayahnya sedang bepergian, dan sampai akhir hayatnya beliau tidak pernah bertemu dengan ayahnya. Beliau diasuh oleh kakek dari ibunya yang bernama Syeikh Syarafuddin bin Muhammad Mubariz yang juga seorang ulama besar yang tersohor di kota Zabid saat itu. Meskipun demikian, ketiadaan sosok ayah tidak menjadi penghalang bagi Ibn Diba` untuk menuntut ilmu pada ulama-ulama besar Zabid.

Ibn Diba’ Menimba llmu

Semenjak kecil, Ibn Diba` sudah sangat giat dalam menimba ilmu kepada para ulama. Beliau belajar membaca Al-Quran di bawah bimbingan Syeikh Nuruddin Ali bin Abu Bakar lalu berpindah kepada mufti Zabid Syeikh Jamaluddin Muhammad Atthoyyib. Dan dapat menyelesaikan hafalan Al-Quran saat masih berusia sepuluh tahun.

Tak lama setelah beliau berhasil menghatamkan Al-Quran, Ibn Diba’ mendengar berita duka bahwa ayahnya telah meninggal dunia di salah satu daerah di daratan India. Beliau mendapatkan harta warisan sebanyak 8 Dinar.

Meninggalnya Sang Ayah, tak memadamkan motivasi Ibn Diba’ dalam perautauan menimba ilmu. Setelah meninggalnya Sang Ayah, beliau memutuskan untuk belajar ilmu qiro’at dengan mengaji Nadzom (bait) Syatibiyah di bawah bimbingan pamannya. Kemudian, pamannya mengarahkan untuk mengaji kitab Zubad (nadlom Fiqh madzhab Syafi`i) kepada Syeikh Umar bin Muhammad Al Fata Al Asy`ari.

Setelah menghatamkan kitab Zubad, dengan bermodal uang harta warisan yang didapat dari ayahnya, Ibn Diba` menempuh perjalanan yang sangat jauh menuju tanah Haram, Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Sepulang dari Makkah, beliau disambut dengan berita duka bahwa kakeknya meninggal dunia.

baca juga: Mengenal Mualif Simtu Ad-Durar

Guru-guru Ibnu Diba’

Diantara guru-gurunya yang lain ialah Al-Imam Al-Hafiz As-Sakhawi, Al-Imam Ibnu Ziyad salah seorang mufti Zabid, Al-Imam Al-Hafiz Tahir bin Husain Al-Ahdal, dan masih banyak lagi.

Kebiasaan Ibn Diba’

Ibn Diba’ mempunyai kebiasaan membaca surat Al-Fatihah dan menganjurkan kepada orang-orang di sekitarnya untuk sering membaca surat Al Fatihah. Tidak heran, jika setiap orang yang datang menemui beliau harus membaca Fatihah sebelum mereka pulang.

Hal ini tidak lain karena beliau pernah mendengar salah seorang gurunya pernah bermimpi, bahwa hari kiamat telah datang lalu dia mendengar suara: “Wahai orang Yaman masuklah ke surga Allah.” Lalu orang-orang bertanya, “Kenapa orang-orang Yaman bisa masuk surga?” Kemudian dijawab, “Karena mereka sering membaca surat Al Fatihah”.

tonton juga: Majlis Shalawat Kubra #1

Karya-karya Imam Abdurrahman ad-Diba’i

Ibn Diba` termasuk ulama yang produktif dalam menulis. Hal ini terbukti beliau mempunyai banyak karangan baik di bidang Hadis ataupun Sejarah. Karyanya yang paling dikenal adalah syair-syair sanjungan (madah) atas Nabi Muhammad SAW. yang terkenal dengan sebutan Maulid Diba`i yang sedang di bahas ini.

Yang perlu diperhatikan dari beberapa Maulid, termasuk Maulid Diba’, tidak mempunyai qashidah mahallul qiyam sendiri. Sehingga dalam pembacaannya sering menggunakan qashidah mahallul qiyam dari Maulid-maulid lain, seperti Simthud Durar, Barzanji, dan lain-lain.

Dalam bidang fiqih, beliau bermadzhab Syafi’i. Di antara buah karyanya yang lain: Kasyfu Al Kirbah, Bughyatul Mustafid, Qurrotul `Uyun yang membahas seputar Yaman, Kitab Mi`raj, Taisiirul Usul.

baca juga; Waktu dan Tata Cara Merayakan Maulid Nabi

Wafat  Ibn ad-Diba’  

Ibn ad-Diba’i seorang yang jujur, lemah lembut tutur katanya dan indah bahasanya. Beliau juga salah seorang ulama ahli Hadis yang terkemuka pada abad ke-9 H. Kehebatannya dalam bidang Hadis telah diakui oleh para ulama, karena mencapai derajat Hafiz dalam ilmu hadits dengan menghafal lebih dari 100,000 hadits beserta sanadnya.

Beliau mengajar kitab Shahih Al-Bukhari lebih dari 100 kali khatam. Banyak yang datang kepadanya untuk meminta sanad Hadis dan mendalami ilmu Hadis.

Beliau mengabdikan dirinya hingga akhir hayatnya sebagai pengajar dan pengarang kitab. Ibn Diba’i wafat di kota Zabid pada pagi hari Jumat, tanggal 26 Rajab, 944 H (15 Desember 1537 M). (Jadi usia beliau kurang lebih 76 tahun).

Mudah-mudahan dengan mengetahui biografi pegarang Maulid Diba’, dapat mendatangkan percikkan barokah dari beliau. Dan semoga Allah memasukkan orang yang membaca biografi beliau ke dalam golongan orang yang gembira atas kelahiran Baginda Nabi Muhammad SAW. Karena gembira dengan kelahiran Nabi adalah sebagian tanda kesholihan hidup di dunia dan isyarat keselamatan hidup di akhirat. Amin.[]

Pujangga Kitab Ad-Diba’i dan Keistimewaan Al-Fatihah
Pujangga Kitab Ad-Diba’i dan Keistimewaan Al-Fatihah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.