Nabi sebagai cerminan, yang akhlaknya merupakan Al-Quran, sangat memukau dalam kesehariannya saat menghadapi umat yang bermacam-macam karakter. Seperti yang kita ketahui, beliau itu pemalu. Bahkan digambarkan lebih pemalu dari seorang perempuan dalam sekat. Namun jangan salah, beliau juga manusia yang sangat pemberani mengalahkan siapa pun.
Seperti saat beliau dan pasukannya terkepung oleh bala musuh, pasukan beliau banyak yang mundur, sedang beliau sendiri tak gentar menghadang, sehingga menyalakan kembali keberanian pasukannya. Itulah sifat manusia terbaik, manusia pilihan Tuhan semesta, beruntung kita menjadi umatnya.
Konsultasi
Pernah suatu saat beliau didatangi seorang wanita dari golongan Anshar. Ia ingin berkonsultasi dengan nabi tentang hal-hal yang berhubungan dengan kewanitaan.
Ia mengeluhkan tentang darah (kewanitaan) yang merembes di pakaian. Mungkin darah yang keluar itu saat Ia di masa istihadhah. Sehingga Ia bertanya kepada nabi bagaimana cara menyucikan diri dari darah itu, karena salat lima waktu bagi perempuan yang sedang istihadhah tetaplah wajib.
Ia bingung sebab darah tersebut masihlah terus mengalir, bagaimana nanti dengan salatnya? Bukankah jika memaksa untuk salat berarti sama halnya Ia sedang membawa najis?
Merasa tidak menemukan jawaban atas kejanggalan yang Ia alami, Ia mendatangi Nabi dan segera mengajukan pertanyaannya itu.
“Ambillah selembar kain yang telah diolesi minyak wangi dan gunakan untuk bersuci. ” Nabi singkat saja menjawab.
Akan tetapi perempuan itu masih bingung. “Bagaimana caraku bersuci menggunakan kain itu, wahai Rasulullah?” Ia bertanya lagi.
“Bersucilah dengannya.” Nabi tidak sanggup menjelaskan lebih lanjut.
“Bagaimana caranya?” Ternyata ia terus mendesak Nabi. Bukan karena apa, memang Ia masih kurang paham.