Pesan dan Harapan KH. A. Idris Marzuqi

Harapan saya, setelah Pondok Pesantren Lirboyo mencapai usia satu abad ini mudah-mudahan para keluarga tetap menjaga keharmonisan dan keberlangsungan pondok. Selain itu, semoga mereka mampu menjaga apa yang diwariskan oleh sesepuh dahulu. Yang dimaksud warisan di sini berupa ilmu pengetahuan, bukan bentuk fisik pondok.

Salah satu alasan mengapa Lirboyo tetap mempertahankan metode salafiyahnya hingga saat ini adalah, karena ini merupakan wasiat yang selalu disampaikan dari generasi ke generasi, agar para penerusnya tetap mempertahankan metode salaf. Tetapi, berkat ilmu yang bermanfaat, banyak alumni yang dulunya hanya menguasai satu bidang ilmu setelah mengabdi di masyarakat mereka terkenal ahli dalam berbagai bidang.

Nasehat yang selalu saya tekankan kepada para santri adalah agar berusaha sekuat tenaga menamatkan jenjang pendidikan di Pondok Pesantren Lirboyo. Kunci kesuksesan belajar di Lirboyo selain mempeng adalah harus menamatkan madrasah. Meskipun ketika mondok itu seperti belum bisa apa-apa, insyaallah setelah menamatkan madrasah ada nilainya tersendiri. Yang kedua, setelah tamat harus lebih memprioritaskan memperjuangkan ilmu dulu. Jika lebih mengutamakan bekerja dan mengabaikan mengamalkan ilmu, maka akan menemukan hasil yang jauh dari maksimal. Ketika belajar di Lirboyo, jangan pernah sekali-kali merasa putus asa, apapun yang terjadi. Ketiga, jangan sekali-kali mengandalkan kecerdasan otak, namun andalkanlah rajin dan tekun mengaji, insyaallah jika sudah di rumah walaupun tidak ada niatan mendirikan pesantren, pasti ada saja orang yang hendak mengaji.

Dari berbagai pengalaman yang ada, mendirikan pondok itu tidak semudah mendirikan pabrik atau perusahaan. Kalau ingin mendirikan perusahaan misalnya, ada dana miliaran sudah bisa mencukupi dan perusahaan bisa berjalan dengan lancar. Tetapi kalau mendirikan pesantren, tidak bisa demikian. Kalau diberikan dana miliaran untuk membangun pondok, memang berwujud bangunan megah tetapi santrinya belum tentu berkembang.

Mendirikan pesantren itu harus dimulai dari nol, seperti Mbah Abdul Karim yang babad tanah Lirboyo dan memulainya dari langgar atau surau kecil dengan berbekal seadanya. Untuk mendirikan pesantren itu butuh modal kesabaran, keuletan dan keikhlasan. Di samping itu pendirinya harus berasal dari orang pesantren. Bpk. Hamzah Haz pernah membangun pesantren megah di luar jawa, dia meminta guru bantuan dari berbagai daerah. Dan yang dikirim ke sana salah satunya santri Lirboyo, setelah santri Lirboyo mengabdi di sana ternyata sering terjadi beda pemahaman. Ahirnya ia keluar dari pondok itu dan mendirikan sendiri pondok di sana, dan sampai sekarang mampu berkembang dan bertambah besar.

Disarikan dari Buku “Pesantren Lirboyo : Sejarah, Peristiwa, Fenomena dan Legenda”.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.