Tulungagung, Rabu 22 Oktober 2025 — Setelah melaksanakan apel Hari Santri Nasional, sejumlah siswa kelas III Aliyah MHM dan Mahasantri Ma’had Aly Lirboyo yang mengikuti kursus Ilmu Falak (astronomi) dan perwakilan Mahasantri semester VI melaksanakan praktik rukyatul hilal di Pantai Molang, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Rabu (22/10). Kegiatan ini diselenggarakan oleh Seksi Pengembangan Sumber Daya Santri (PESDA) Pondok Pesantren Lirboyo bekerja sama dengan Lembaga Falakiyyah Lirboyo.
Rombongan
Sebanyak tiga unit mobil travel mengangkut para peserta dan satu unit mobil khusus membawa para tutor berangkat dari Lirboyo sekitar pukul 10.00 WIB. Rombongan sempat transit di Masjid Jami’ Miftahul Huda, Desa Karang Talun, Kecamatan Kalidawir, untuk menunaikan salat zuhur berjamaah sebelum melanjutkan perjalanan ke lokasi observasi. Selain itu juga, di masjid ini para peserta para tutor memberi bimbingan dan arahan agar praktik berjalan dengan lancar.
Baca juga: Santri Lirboyo Gelar Praktik Falak: Amati Gerhana Bulan dengan Teleskop
Kebersamaan para peserta
Sesampainya di Pantai Molang, para peserta langsung menyiapkan perlengkapan pengamatan, di antaranya teleskop, tambang, kayu patok, waterpas, dan sejumlah alat bantu lain di bawah arahan para tutor. Seluruh kegiatan praktik ini merupakan bagian dari pembelajaran lapangan untuk memperdalam pengetahuan falakiyah, khususnya dalam observasi hilal.
Namun, cuaca kurang bersahabat. Sejak siang, langit Tulungagung tampak mendung hingga akhirnya hujan mengguyur kawasan pantai. Meski demikian, para peserta tetap sigap mengamankan dan merapikan peralatan yang telah terpasang agar tidak rusak terkena air.
Kegiatan rukyatul hilal ini menjadi ajang penerapan langsung teori falak yang selama ini mereka pelajari di kelas. Selain menambah pengalaman lapangan, kegiatan ini juga menumbuhkan semangat ilmiah di kalangan mahasantri untuk turut berkontribusi dalam penentuan awal bulan kamariah sesuai syariat Islam.
Baca juga: Ribuan Santri Lirboyo Khusyuk dalam Istighotsah Hari Santri 2025
Wawancara Eksklusif bersama Nur Kholis Mahasantri Semester VI (Peserta Praktek)
Red : Apa kesan yang anda dapatkan selama mengikuti praktek ini?
NK : Sangat berkesan sekali, karena dalam metode-metode yang ada, seperti menggunakan gawangan dalam rukyah dan menggunakan teleskop, kita juga diberi tahu perihal arah haqiqi dan lain-lain.
Red : Tantangan yang paling sulit menurut anda dalam praktek rukyatul hilal itu apa?
NK : Cuaca sih kalau menurut saya, kek sekarang ini (mendung) yang mengakibatkan hilal tidak bisa dilihat.
Red : Lantas, menurut anda dengan cuaca yang sekarang ini, yang mengakibatkan hilal tidak bisa dilihat, apa pelajaran berharga buat teman-teman peserta?
NK : Pengalaman, karena seperti halnya melihat hilal awal bulan Ramadan (yang biasanya) saking kecilnya—kalau dari pedoman kami imkanur ru’yah itu kan 3 derajat ya—bahkan untuk sekarang ini 8 derajat, (jadi memang sangat susah melihat hilal secara langsung) karena bagaimana pun jika kita bisa melihat itu min fadhli rabbi. Karena pengalaman para tutor sendiri selama praktek itu jarang (untuk bisa melihat hilal).
Red : Apa saja persiapan dalam melakukan praktek ini?
NK : Kursus, jadi beberapa hari ke belakang kami diajari oleh tutor terkait masalah falak yang salah satunya praktek ini yang diadakan setiap malam jumat.
Baca juga: Lirboyo Gelar Apel Hari Santri 2025
Manfaat mempelajari ilmu falak
Red : (Secara umum) manfaat yang bisa dirasakan selain untuk mengetahui awal bulan hijriah, dalam mempelajari ilmu falak itu apa saja?
NK : Ibadah, seperti salat contohnya yang membutuhkan kapan waktu masuknya dan juga arah kiblat dan keduanya merupakan syarat sah agar salat kita diterima.
Red : Barangkali teman-teman peserta ada yang pernah berkontibusi dalam praktek falak di luar pondok?
NK : Ada, kek seperti kemarin waktu gerhana bulan, salah satu dari anggota kami (yang sudah pengurus) didelegasikan untuk praktek di Madura. Adapun kalau untuk siswa, seperti saya pernah didelegasikan untuk praktek rukyatul hilal dalam penentuan awal bulan Muharram (tahun baru Hijriah) di daerah Kandangan.
Baca juga: Lirboyo Bersholawat Bersama Habib Syekh dalam Mensyukuri Hari Santri Nasional 2025
Sekilas tentang Lajnah Falakiyyah Lirboyo
Lembaga Falakiyyah (LF) Lirboyo berdiri tak lama setelah terbentuknya Himpunan Alumni Santri Lirboyo (Himasal) pada tahun 1999 M. Pada awalnya, lembaga ini merupakan salah satu organisasi di bawah naungan Himasal. Namun, dengan berbagai pertimbangan dan kebutuhan kelembagaan, pada sekitar tahun 2007 M LF Lirboyo memisahkan diri dan berdiri secara mandiri di bawah naungan resmi Pondok Pesantren Lirboyo.
Pembentukan LF Lirboyo berdasarkan kebutuhan menghadirkan sistem penanggalan Hijriah yang akurat serta penetapan waktu ibadah seperti salat dan rukyat hilal sesuai ketentuan syariat. Sejak berdiri, lembaga ini menjadi salah satu pusat kajian falak di lingkungan pesantren yang aktif dalam penelitian dan pengamatan astronomi Islam.
Baca juga: Pesan Gubernur Jatim, PWNU dan PBNU kepada Santri dan Masyarakat di Acara Lirboyo Bersholawat
Berkontribusi secara nasional
Menurut Bapak Reza Zakaria, salah satu pengurus LF Lirboyo, banyak anggota lembaga ini yang juga dipercaya masuk dalam struktur Lembaga Falakiyyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU). Mereka kerap berpartisipasi dalam berbagai kegiatan observasi nasional, terutama penentuan awal bulan Hijriah seperti Ramadan, Syawal, dan Dzulhijjah. Hasil observasi tersebut bahkan menjadi salah satu bahan pertimbangan penting bagi Kementerian Agama Republik Indonesia dalam menetapkan awal bulan Hijriah secara resmi.
(Wawancara dengan Bapak Reza Zakaria, salah satu pengurus LF Lirboyo).
Kunjungi juga akun media sosial Pondok Lirboyo