Doa adalah senjata terkuat bagi seorang Muslim. Tapi seperti senjata, ia tak akan berguna bila menggunakannya sembarangan. Dalam Islam, ada tata cara yang harus kita perhatikan agar doa benar-benar sampai dan terkabul. Salah satu adab terpenting dalam berdoa adalah memulai dan mengakhiri doa dengan bacaan hamdalah (memuji Allah) dan salawat kepada Nabi Muhammad ﷺ.
Baca juga: Doa untuk Keberkahan Harta dan Anak
Alasannya
Mungkin kita bertanya: Kenapa harus begitu? Bukankah yang penting isi doanya?
Ternyata, jawabannya sudah Rasulullah ﷺ dan para sahabat beliau jelaskan langsung dalam hadits-hadits yang kuat.
Baca juga: Menirakati Anak yang Mondok Agar Betah Dan Sukses.
Penjelasan Imam an-Nawawi
Imam an-Nawawi dalam kitab al-Adzkar mengutip hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan an-Nasa’i. Dari Fadhalah bin ‘Ubaid radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:
رويْنَا فِي سُنَنِ أَبِي دَاوُدَ، وَالتِّرْمِذِيِّ، وَالنَّسَائِيِّ، عَنْ فَضَالَةَ بْنِ عُبَيْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ رَجُلًا يَدْعُو فِي صَلَاتِهِ، لَمْ يُمَجِّدِ اللهَ تَعَالَى، وَلَمْ يُصَلِّ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ: «عَجِلَ هَذَا»، ثُمَّ دَعَاهُ فَقَالَ لَهُ أَوْ لِغَيْرِهِ: «إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِتَمْجِيدِ رَبِّهِ سُبْحَانَهُ وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ، ثُمَّ يُصَلِّي عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ يَدْعُو بَعْدُ بِمَا شَاءَ» قَالَ التِّرْمِذِيُّ: حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ.
“Rasulullah ﷺ mendengar seseorang berdoa dalam shalat, namun ia tidak memuji Allah dan tidak bershalawat kepada Nabi ﷺ. Maka Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Orang ini terburu-buru.’ Kemudian beliau memanggilnya dan berkata: ‘Jika salah seorang dari kalian berdoa, hendaklah ia memulai dengan memuji Rabb-nya dan menyanjung-Nya, lalu bershalawat kepada Nabi ﷺ, kemudian baru berdoa dengan apa yang ia kehendaki.’”
(HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa’i. At-Tirmidzi berkata: hadits hasan shahih)
Baca juga: Doa Ketika Diganggu Setan
Hadits lain yang menjadi pendukung
Hadits lain dari Umar bin al-Khattab radhiyallahu ‘anhu juga memperkuat hal ini. Ia berkata:
وَرويْنَا فِي كِتَابِ التِّرْمِذِيِّ، عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: إِنَّ الدُّعَاءَ مَوْقُوفٌ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ، لَا يَصْعَدُ مِنْهُ شَيْءٌ حَتَّى تُصَلِّيَ عَلَى نَبِيِّكَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
“Sesungguhnya doa itu tergantung di antara langit dan bumi, tidak naik sedikit pun sampai engkau bershalawat atas Nabi-mu ﷺ.”
(HR. at-Tirmidzi)
Baca juga: Shalat dan Doa Istikharah dalam Menentukan Pilihan.
Komentar Imam Nawawi dalam menanggapi kedua hadits tersebut
Imam an-Nawawi kemudian memberi komentar penting:
قُلْتُ: أَجْمَعَ الْعُلَمَاءُ عَلَى اسْتِحْبَابِ ابْتِدَاءِ الدُّعَاءِ بِالْحَمْدِ لِلَّهِ تَعَالَى وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ، ثُمَّ الصَّلَاةِ عَلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَكَذَلِكَ تُخْتَمُ الدُّعَاءُ بِهِمَا، وَالْآثَارُ فِي هَذَا الْبَابِ كَثِيرَةٌ مَعْرُوفَةٌ.
“Para ulama telah sepakat tentang anjuran memulai doa dengan memuji Allah dan menyanjung-Nya, kemudian bershalawat kepada Rasulullah ﷺ. Begitu pula dianjurkan menutup doa dengan keduanya. Riwayat-riwayat tentang hal ini sangat banyak dan telah dikenal.”
Kesimpulannya
Doa bukan sekadar permintaan. Doa adalah ibadah, dan setiap ibadah punya adab. Memulai doa dengan pujian kepada Allah dan salawat kepada Nabi ﷺ bukan hanya sunnah, tapi juga cara untuk membuka jalan agar doa itu sampai ke langit dan terkabulkan. Jangan buru-buru menyebut keinginanmu—awali dengan hormat, akhiri dengan adab. Maka langit pun akan lebih terbuka untukmu. Wallahu a’lam.
Referensi: Abū Zakariyyā Muḥyiddīn Yaḥyā bin Syaraf an-Nawawī (w. 676 H), al-Adzkār, (Beirūt: Dār al-Fikr), hal. 117.
Kunjungi juga akun media sosial Pondok Lirboyo