Peran Santri di Era Globalisasi
Tidak diragukan lagi jika santri memiliki peranan yang cukup besar dalam berdirinya NKRI. Salah satunya berupa resolusi jihad yang dikobarkan oleh pendiri-pendiri Nahdlatul Ulama sebagai pembangkit semangat kaum sarungan untuk mengangkat pelatuk senjatanya demi membela negara dari para penjajah, karena momen itu, presiden Republik Indonesia Ir. Joko Widodo mengabadikan hari santri nasional yang diperingati setiap tanggal 22 0ktober.
Di era sekarang, perkembangan teknologi melesat begitu pesat, menjadikan media sosial bagai budaya baru yang tak dapat terbendung. Perkembangan teknologi membuat berbagai hal menjadi mudah, gaya hidup instan tak terelakkan. Contoh kecil ketika kita hendak bersua dan bercengkerama, cukup hanya dengan membuka gadget langsung saja terhubung dengan tujuan walaupun bermil-mil jaraknya.
Dengan demikian, sosok kaum sarungan tak boleh keras kepala dalam ketertinggalan, berpikiran kuno, dan tak mau menerima ombak zaman yang harus ia terpa. santri harus cerdas memanfaatkan dunia digital sebagai tunggangan yang dapat membuat mereka lebih religius dalam kadar sewajarnya dan lebih toleran pada keadaan. Sebagai santri, jalur dakwah dengan membuat konten dalam berbagai platform lebih terkesan mengajak tanpa terdeteksi bahwa yang terdampak mungkin sudah mulai menyerap kebaikannya, pantaslah kiranya menyematkan “penerus bangsa” kepada kaum sarungan ketika ai berorientasi dan memegang teguh prinsip ini. Tak sedikit anggapan orang mengenai santri zaman sekarang dikatakan sudah keluar jalur dari kodratnya, sudah berani memberi label bahwa santri tak dapat diandalkan lagi, sampai kata kolot disematkan begitu saja pada sosok santri yang dianggap tidak berperan apapun.
Meruntuhkan pandangan masyarakat atas sangkaan negatif yang di sematkan ke sosok santri menjadi tugas kaum sarungan itu sendiri, bagaimanapun ia harus berprinsip
المحافضة على قديم الصالح والأخد بالجديد الأصلح
“menjaga kebaikan para pendahulu dan mengambil hal baru yang lebih baik”