Memenuhi Hak Ibadah

Ibadah merupakan puncak penghambaan seseorang kepada Tuhannya. Dalam beribadah, keikhlasan kebersihan hati dari hal-hal yang berbau duniawi menjadi hal yang paling penting di dalamnya. Sebagaimana sebuah kisah yang diceritakan oleh Imam Al-Qulyubi dalam kitabnya, An-Nawadir:

حُكِيَ :اَنَّ عَابِدًا دَخَلَ فِي الصَّلَاةِ , فَلَمَّا وَصَلَ اِلَى قَوْلِهِ ” اِيَّاكَ نَعْبُدُ ” خَطَرَ بِبَالِهِ اَنَّهُ عَابِدٌ حَقِيْقَةً , فَنُوْدِيَ فِي سِرِّهِ كَذَبْتَ اِنَّمَا تَعْبُدُ الْخَلْقَ فَتَابَ وَاعْتَزَلَ عَنِ النَّاسِ , ثُمَّ شَرَعَ فِي الصَّلَاةِ , فَلَمَّا انْتَهَى اِلَى ” اِيَّاكَ نَعْبُدُ ” نُوْدِيَ كَذَبْتَ اِنَّمَا تَعْبُدُ زَوْجَتَكَ فَطَلَّقَ امْرَاَتَهُ , ثُمَّ شَرَعَ فِي الصَّلَاةِ , فَلَمَّا انْتَهَى اِلَى ” اِيَّاكَ نَعْبُدُ ” نُوْدِيَ كَذَبْتَ اِنَّمَا تَعْبُدُ مَالَكَ فَتَصَدَّقَ بِجَمِيْعِهِ , ثُمَّ شَرَعَ فِي الصَّلَاةِ , فَلَمَّا وَصَلَ اِلَى ” اِيَّاكَ نَعْبُدُ ” نُوْدِيَ كَذَبْتَ اِنَّمَا تَعْبُدُ ثِيَابَكَ فَتَصَدَّقَ بِهَا اِلَّا مَالَا بُدَّ مِنْهُ , ثُمَّ شَرَعَ فِي الصَّلَاةِ , فَلَمَّا وَصَلَ اِلَى ” اِيَّاكَ نَعْبُدُ ” نُوْدِيَ اَنْ صَدَقْتَ فَاَنْتَ مِنَ الْعَابِدِيْنَ حَقِيْقَةً

Diceritakan, ada seorang ahli ibadah yang sedang melaksanakan shalat. Ketika ia membaca Fatihah dan sampai pada kalimat “Iyyaaka Na’budu”, tiba-tiba tersirat dalam benaknya bahwa sesungguhnya dia adalah seorang hamba Allah yang sejati.

Setelah itu kemudian dia mendengar sebuah suara, “Kamu berbohong, karena sesungguhnya kamu masih mempertuhankan makhluk.” Maka dia pun bertaubat dan melakukan uzlah (menjauh dari keramaian manusia).

Kemudian dia melaksanakan shalat lagi. Ketika selesai membaca kalimat “Iyyaaka Na’budu”, dia mendengar sebuah suara yang berkata, “Kamu berbohong, sesungguhnya kamu masih takluk kepada istrimu.”. Maka dia pun menceraikan istrinya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.