Kenangan Agus Abdul Qodir Ridwan kepada Mbah Idris.

Delapan tahun yang lalu dalam sebuah Majelis Sholawat yang di selenggarakan oleh Pondok Pesantren Lirboyo yang bertempat di Aula Al-Muktamar, kedua mata Agus Abdul Qodir Ridwan berkaca-kaca. Jauh pandangannya menerawang ke depan, tengah mengumpulkan lembar-lembar kenangan di masa yang lampau. Jauh. Ketika KH. Ahmad Idris Marzuqi masih hidup.

“Saya bersyukur bisa kembali mengikuti acara rutinitas sholawatan ini. Jadi teringat dulu. Teringat sama Mbah Yai Idris,” Tutur beliau mengisi sambutan atas nama pimpinan pondok.

Kemudian beliau melanjutkan ceritannya “Dari awal-awal saya menjabat sebagai Ketua Keamanan sampai terakhir saya menjadi Ketua Pondok, beliau selalu menanyakan hal demikian itu. Gimana kabarnya santri sekarang? Nakalnya, modelnya gimana?” tutur beliau menirukan dawuh Mbah Yai Idris.

Menurut Cak Qodir, panggilan akrab beliau, pertanyaan-pertanyaan dari Mbah Idris tadi secara sharih menunjukan kepada kita betapa Mbah Yai Idris teramat peduli pada santri-santrinya. Siang-malam, setiap hari, masyayikh tak pernah lepas untuk senantiasa memerhatikan santri, entah dalam segi hal positif maupun negatifnya.

Karena bagaimanapun, santri Lirboyo yang sangat banyak itu tidaklah semuanya adalah anak-anak yang ber-background akhlak yang baik. Ada yang dari rumah memang sholeh, pintar dan rajin, ada pula yang dari rumah pemalas, nakal dan suka membuat onar. Hal-hal seperti itulah yang selalu menjadi beban pikiran masyayikh dalam mencari solusi untuk menangani mereka yang  butuh perhatian lebih itu.

Cak Qodir bercerita, bahwa kenakalan santri Lirboyo zaman sekarang itu tidak sama dengan kenakalan santri zaman dulu. Sebab, dulu belum ada warnet. Belum ada istilah game-game dan lain sebagainya. Masih jadul. Jadi kenakalan mereka terbilang sederhana dan terkesan itu-itu saja. Tidak sekolah, malas belajar atau yang lainnya. “Beda dengan sekarang. Santri makin banyak. Dan yang paling mengkhawatirkan santri yang masih kecil-kecil nanti mengikuti seniornya yang melanggar.”

Di ahir sambutannya beliau meminta kerjasamanya kepada santri senior untuk ikut merawat kepada santri santri junior utamannya kepada santri baru.”jika mereka berangkat sekolah, pastikan tiba sampai kelas. Jangan samapai keluyuran kemana-mana.”

***

Ya Allah, Ya Annis
Sahhilna bi al-tadris
Tawassalna bi al-muddarris ..
Bisyaikhi Mbah Ahmad Idris …

Semoga barokah ilmu beliau senantiasa menghujani kita dalam meniti kehidupan di pondok pesantren ini. Amien.][

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.