KH. Chalwani Nawawi waktu nyantri di Lirboyo mondok di KH. Marzuqi Dahlan. Santri lirboyo waktu itu sudah ada sekitar 2000-an, yang di madrasah jumlahnya enam ratus lebih dan yang ngaji saja sekitar tujuh ratus lebih, itu jumlah total baik yang di Induk maupun di HM. Di pondoknya Kyai Mahrus sekitar lima ratusan dan didominasi oleh anak Cirebon dan Brebes.
Di mata KH. Chalwani, Kyai Marzuqi Dahlan merupakan figur
pesantren yang sebenar-benarnya,
yang benar-benar tampil dua
puluh empat jam. Istilahnya Kyai Chalwani bisa disebut “al ma’had al hakiki
”. Kyai Marzuqi juga sangat keras dalam aturan. Ketika ada kejadian yang
melanggar syari’at atau ada santri yang nakal, beliau langsung mendatangi
kamarnya sambil gedok-gedok
atau ketok-ketok pakai
tongkat sehingga santri-santri
pada kabur semuanya.
Berbeda dengan Kyai Abdul Karim yang ketika ada santri yang sa’karepe
dewe (seenaknya sendiri) didiamkan saja. Karena Kyai Abdul karim orangnya
sangat santai sekali. Pernah ada santri yang melanggar aturan, terus di ta’zir
(digundul atau digrujud ) Kyai Marzuqi menunggui ta’ziran tersebut sambil
ngendika kepada santri yang di ta’zir ” niku meripate sampean…niku
disabuni, damel ningali gudang garam mawon….”.
Kyai Marzuqi paling tidak suka santrinya belajar semacam
ilmu hikmah seperti kitab syamsul ma’arif dan Kyai mengajarkan kepada para
santri agar selalu bersikap husnudzonan. Bahkan misalnya ketika ada sepasang
lelaki dan perempuan dalam satu becak. Kita harus tetap berhusnudzon kalau itu
adalah istrinya. Meskipun dalam kenyataannya itu bukan istrinya. Sehingga
dengan itu kita tidak akan mendapat kesalahan dari Allah dan kesalahan hanya
terletak kepada mereka sendiri.
Yang terkesan dari Kyai Marzuqi, ketika ada santri yang izin
pulang, beliau biasanya mendo’akannya semoga bermanfaat sambil ngendiko “ kulo
sak anak putu kulo, nyuwun di dungoaken nggeh”( saya dan anak cucu saya,
mohon didoakan ya).
Kyai Marzuqi merupakan tipe kyai yang dakwah bil hal,
sangat syar’i dan khumul. Beliau tidak pernah mau menampakkan
kemampuan dan amaliyahnya. Sehingga sangat sulit untuk diungkapkan dan
dijelaskan secara teoritis. Kyai Marzuqi juga jarang banyak bicara dan guyon.
Masalah penampilan pun jarang beliau perhatikan. Bajunya seenaknya sendiri dan
terkadang kancingnya juga tidak pas.
Selain itu, beliau juga tampak sangat lugu. Ketika ngaji
beliau hanya membaca atau memaknai saja, jarang sekali beliau cerita-cerita dan itupun maknainya tidak
bernada. Begitu juga saat beliau mengimami shalat, surat alfatihah dan surat-surat
lainnya juga dibaca biasa saja mengalir apa adanya tanpa bernada lagu. Keluguan
beliau juga tampak saat ada tentara yang datang ke kediaman beliau dengan
pakain tentara yang lengkap dengan pangkatnya. Tiba-tiba Kyai Marzuqi menunjuk pangkat yang
tertempel di baju tertara itu sambil berkata “niku nopo niku…”. Malah
yang terjadi tentara itu ketakutan.
Sepanjang yang diketahui Kyai Chalwani, ilmu tashawuf yang
didalami oleh Kyai Marzuqi mengikuti kepada Al Ghozali. Karena Al Ghozali di
bidang syar’i sangat keras walaupun akhirnya Al Ghozali berguru kepada muridnya
yang kealimannya masih dibawahnya.
Kabar berita yang tersebar mengenai kehebatan Kyai Marzuqi,
Kyai Chalwani mengungkapkan konon ketika ada santri lirboyo yang membunuh PKI,
yang notabene anak PKI itu KKO. Lalu akhirnya Lirboyo diserbu beberapa truk
sama KKO. Mereka bawa bedil dan KKOnya mau membunuh Kyai Marzuqi. Kemudian
dituntunlah Kyai marzuki, begitu senapannya diarahkan ke Kyai Marzuki yang
terjadi senapannya tidak berbunyi. Tetapi kalau ditembakkan ke arah lain,
senapan itu berbunyi. Sampai-sampai
Kyai Mahrus keluar dengan membawa pistol dan gus-gusnya pada sembunyi di dapur
atas.
Untuk khotib jum’at di pondok Lirboyo, biasanya gantian antara Kyai Marzuqi dan Kyai Mahrus. Namun biasanya Kyai Mahrus yang sering mengisi.()
Sumber: HIMASAL Lirboyo