Kisah As-Syibli yang Mengutamakan Siwak daripada Dinar | Siwak, memiliki banyak manfaat dan keistimewaan bagi orang yang menggunakannya. Selain menjaga kesehatan, juga menjauhkan dari aroma yang tidak sedap pada mulut. Untuk mengetahui lebih lanjut manfaat dan keistimewaan siwak ini, telah diulas dalam artikel kami yang lain.
Dalam beberapa kesempatan, Nabi Muhammad Saw selalu menggunakan siwak, seperti sebelum melaksanakan shalat, berwudhu, dan bangun tidur. Sehingga menggunakan siwak ini memang sangat dianjurkan dalam agama Islam.
Dijelaskan Kifayah al-Akhyar bahwa siwak menjadi sesuatu yang sangat ditekankan untuk digunakan ketika ingin melaksanakan shalat, walaupun saat itu kondisi mulut tidak memiliki bau. Tidak dibedakan pula dalam penggunaannya antara shalat fardu maupun sunnah. Semuanya sangat dianjurkan.[1]
Studi hadis menyebutkan bahwa orang yang melaksanakan shalat dengan menggunakan siwak, lebih baik daripada orang yang melaksanakan tujuh puluh kali shalat tanpa menggunakan siwak.
عَنْ عَائِشَةَ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: صَلَاةٌ عَلَى أَثَرَةِ سِوَاكٍ، أَفْضَلُ مِنْ سَبْعِينَ صَلَاةً بِغَيْرِ سِوَاكٍ
Diriwayatkan dari Sayyidah ‘Aisyah ra, dari Rasulullah saw bersabda: “Shalat dengan menggunakan siwak, lebih baik daripada melaksanakan tujuh puluh kali shalat dengan tanpa siwak.”[2]
Kisah as-Syibli yang mengutamakan siwak dan menganggap remeh dinar
Menganai pengunaan siwak, terdapat kisah menarik dalam kitab Tuhfatul Asyraf. Di sana diceritakan bahwa as-Syibli membeli siwak seharga satu dinar. Pada suatu kesempatan, waktu shalat tiba dan ia berkehendak untuk melakukan shalat.
Diawal ia membeli siwak, harapannya adalah agar ketika ia akan melaksanakan shalat dapat menggunakan siwak tersebut. Akan tetapi saat menghadiri shalat, ia tidak membawa siwak. Dan ia melihat seorang laki-laki yang sedang bersamanya membawa siwak.
Laki-laki yang berada di sampingnya tahu bahwa as-Syibli ingin sekali menggunakan siwak. Kemudian laki-laki itu berkata kepada as-Syibli: “Saya tidak menjual siwak ini kecuali dengan satu dinar.” As-Syibli pun menyutujuinya dan membeli siwak tersebut. Lalu laki-laki itu berkata kepada as-Syibli, “Anda menyia-nyiakan harta untuk membeli siwak dengan harga satu dinar.”
Lantas as-Syibli menanggapi perkataan dari laki-laki tersebut dengan menjawab: “Menggunakan siwak pada waktu shalat merupakan kesunahan dan Rasulullah sangat menganjurkan kepada umatnya agar menggunakan siwak ketika hendak melaksanakan shalat.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي أَوْ عَلَى النَّاسِ لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ كُلِّ صَلاَةٍ
Dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya Rasulullah bersabda: “Seandainya tidak memberatkan umatku, sungguh aku akan memerintahkan mereka bersiwak setiap hendak menunaikan shalat.” (Shahih Bukhari)
Di samping itu, shalat dengan mengunakan siwak lebih baik daripada tujuh puluh kali shalat dengan tanpa menggunakan siwak. Sedangkan dinar hanyalah bagian dari sayap nyamuk, dan seluruh dunia di sisi Allah tidaklah sama dengan sayap nyamuk.”[3]
Kisah ini menyampaikan pesan bahwa as-Syibli -sebagai tokoh utama dalam kisah di atas-sangat mengetahui manfaat dan keutamaan siwak, sampai-sampai ia mengangap remeh permasalahan dinar yang ia asumsikan sebagai sayap nyamuk. Jika seseorang mengetahui manfaat dan keutamaannya (di samping mengikuti anjuran yang telah diperintahkan Rasulullah), niscaya ia akan selalu menggunakan siwak pada saat akan melaksanakan shalat.
Wallahu A’lam
[1] Abu Bakar Taquyyidin, Kifayah al-Akhyar (Damaskus: Darul Khoir), 22
[2] Abu al-Qosim Tamam, Fawaidhu Tamam (Maktabah Syamela), I, 106
[3] Abi al-Hajjaj Yusuf bin Zakki, Tuhfatul Asyraf (Lebanon, Bairut), II, 21
baca juga: Fikih Siwak
tonton juga: PEMULANGAN SANTRI PONDOK PESANTREN LIRBOYO 2021