Santri Harus Bisa Seperti Garam

Di zaman Nabi Muhammad SAW, saat Nabi telah hijrah menuju ke bumi Madinah, para sahabat dikelompokkan menjadi dua. Kaum Muhajirin, yaitu kaum yang ikut berhijrah bersama Nabi dari Mekah, dan kaum Anshâr. Yaitu kaum yang menetap di Madinah, dan menjadi anshâr, para penolong kaum yang berhijrah. Mereka berasal dari suku Aus dan Khazraj, suku asli kota Madinah. Jumlah mereka memang sedikit, namun mereka adalah orang yang sangat dicintai dan dibanggakan oleh Nabi Muhammad SAW.

Syahdan, Nabi Muhammad SAW terkena sakit parah, beliau terjangkit demam yang hebat, hingga akhirnya beliapun wafat pada hari senin 12 Rabi’ul Awwal tahun 11 Hijriyyah. Waktu itu, beliau masih menyempatkan untuk keluar menemui para sahabat. Kondisi beliau saat itu sudah sangat lemah, beliau dipapah keluar. Dan disana telah menanti, para sahabat-sahabat beliau yang setia. Diceritakan dalam suatu hadis,

 حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ سُلَيْمَانَ بْنِ حَنْظَلَةَ بْنِ الغَسِيلِ، حَدَّثَنَا عِكْرِمَةُ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَرَضِهِ الَّذِي مَاتَ فِيهِ، بِمِلْحَفَةٍ قَدْ عَصَّبَ بِعِصَابَةٍ دَسْمَاءَ، حَتَّى جَلَسَ عَلَى المِنْبَرِ، فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ، ثُمَّ قَالَ: «أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ النَّاسَ يَكْثُرُونَ وَيَقِلُّ الأَنْصَارُ، حَتَّى يَكُونُوا فِي النَّاسِ بِمَنْزِلَةِ المِلْحِ فِي الطَّعَامِ، فَمَنْ وَلِيَ مِنْكُمْ شَيْئًا يَضُرُّ فِيهِ قَوْمًا وَيَنْفَعُ فِيهِ آخَرِينَ، فَلْيَقْبَلْ مِنْ مُحْسِنِهِمْ وَيَتَجَاوَزْ عَنْ مُسِيئِهِمْ» فَكَانَ آخِرَ مَجْلِسٍ جَلَسَ بِهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Amma ba’du, umat manusia akan bertambah banyak, dan kaum anshor jumlahnya semakin sedikit. Sampai-sampai mereka ibaratkan garam ditengah-tengah makanan. Barang siapa mendapat kekuasaan atas suatu hal yang membahayakan suatu kaum, dan memberi manfaat kepada kaum lain, maka hendaklah kalian terima kebaikan mereka, dan maafkanlah keburukan mereka. ”  (HR. Bukhôri)

Hadis tersebut menjadi hadis dan majlis terakhir Nabi bersama para sahabat-sahabatnya, setelah itu beliau turun dari mimbar. Dan wafat tak berapa lama kemudian.

Menjadi niscaya, bahwa jumlah kaum Anshor kian hari semakin sedikit. Setelah Nabi wafat, mereka menyebar ke daerah-daerah lain. Mengenalkan dan membesarkan islam. Nabi telah memperkirakan hal tersebut. Dan oleh Nabi, mereka diumpamakan garam. Walaupun jumlahnya sangat sedikit, tapi bisa sangat bermanfaat dan memberi warna pada makanan. Makanan tanpa garam akan terasa hambar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.