Menelaah kisah anak elang yang jatuh dari sarangnya, kemudian di temukan oleh induk ayam. Hidup, besar, berkembang dan berkarakter seperti anak ayam lainnya. Suatu hari anak elang melihat elang basar terbang diatasnya, dalam fikirannya “enak menjadi elang bisa terbang, sedangkan saya hanya seekor anak ayam” Padahal dalam dirinya ada kemampuan untuk terbang.
Dari kisah anak elang yang di gambarkan sebagai suatu kekuatan yang terpendam oleh persepsi dan lingkungan secara praktis potensi yang ada tidak di gunakan padahal kekuatan yang sama juga dimiliki.
Begitu pula pendidikan usia dini, masa-masa aktif untuk mengembangkan ketajaman potensi, daya nalar dan kegiatan lain yang bersifat membangun akan bernasib buruk jika tidak di pergunakan semaksimal mungkin. kalau diperinci jenjang pendidikan anak mempunyai tiga pendekatan, yaitu pendekatan biologis, didaktis, dan psikologis.
Pendekatan Biologis terbagi menjadi tiga fase; pertama, dimulai ketika lahir sampai usia 7 tahun adalah fase bermain. Kedua, usia 7 tahun sampai 14 tahun adalah masa-masa pubertas. Ketiga, dari usia 14 tahun sampai 20 tahun merupakan masa remaja.
Periode Didaktis; jenjang pendidikan berdasar pada tiga fase; pertama, periode Scola Materna, mulai lahir sampai 6 tahun, sang anak hidup di lingkungan rumah tangga atau dikenal dengan istilah berpendidikan pada sang ibu. Kedua, periode Scola vernacula mulai umur 6 sampai 12 tahun, pada fase ini anak belajar di sekolah dengan menggunakan bantuan bahasa ibu. Ketiga, priode Scola Latina mulai umur 12 tahun sampai 18 tahun, pada usia ini anak mulai memasuki jenjang akademis.
Periode Psikologis, di dalamnya terdapat lima priode; pertama, priode Vital yaitu jenjang mulai dari lahir sampai umur 2 tahun. kedua, priode Estetik, mulai usia 2 sampai 7 tahun. ketiga priode intelektual dimulai pada usia 7 sampai 13 atau 14 tahun. keempat periode Social mulai usia 13 sampai 20 tahun. Kelima, priode Matulasi pada usia 20 tahun.
[ads script=”1″ align=”center”]
Perkembangan pengetahuan anak sudah terlihat pada usia empat tahun, saat itulah orang tua memiliki peran penting untuk membimbing dan memberikan pengetahuan karena manusia lahir seperti kertas yang putih dan bersih tapi perkembangan itu tidak akan maju kalau tidak melalui proses tertentu diantaranya adalah pendidikan.
Problem lingkungan yang tidak kondusif efeknya sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak, dampak negatif akan muncul dengan sendirinya karena anak merupakan satu bagian dari lingkungan.
Potensi yang paling rawan akan kenegatifan anak terjadi pada masa sosial atau masa pubertas, karakteristik anak akan cepat terpengaruh dengan teman. Kedangkalan fikiran dan persepsi kebenaran terhadap apa yang mereka kerjakan lama-kelamaan menjadi sebuah kebiasaan
Jenjang yang paling potensial dalam perkembangan tak lain waktu muda atau waktu emas dengan karakteristik anak yang terus menggali pengetahuan sedalam-dalamnya.
Jepang sebagai Negara rujukan ilmu pengetahuan Asia yang dulu pernah porak poranda dibom oleh sekutu yang terjadi pada perang dunia ke II berubah sangat signifikan melalui ultimatum perdana mentrinya berupa penggalian ilmu pengetehuan oleh kalangan muda ke berbagai Negara.
Perlu pula dicatat Presiden Soekarno pernah memproklamirkan “ Akan aku rubah dunia dengan pemuda” karena kunci emas keberhasilan ada pada bahu generasi muda.
Lalu bagaimana realisasinya ?
Dalam islam, Menurut prediksi Muhammad mawhiburrohman sepanjang dapat terus menghidupkan tradisi intelektual islam tidaklah berat mewujudkan cita-cita mulia mengekspor islam indonesia.
Pada era 80-an ulama Indonesia menggemparkan dunia intelektual islam dengan hadirnya ulama besar dari padang bernama syekh Abou al-fayd Muhammad yasin dengan karya-karya.
Kunci emas kesuksesan sebenarnya ada pada masing-masing individu tergantung sejauhmana potensi dapat di gali karena hasilnya suatu tergantung pada usaha.[]
Penulis, Muhadi
0