Oleh: KH. M. Anwar Manshur
Anak-anak sekalian, alhamdulillah kita sampai pada waktu kita bertemu orangtua. Yang ingin pulang silahkan, yang ingin di pondok silahkan. Di rumah, tetap belajar yang serius. Yang di pondok juga. Ini hanya istirahat sebentar.
Sampean sudah dipondokkan. Saya minta, nanti sesampai di rumah pertama kali salim kepada ayah dan ibu. Yang dulu sebelum mondok kasar bahasanya kepada orangtua, sekarang harus halus. Anak tidak berbicara halus kepada orangtua itu buruk.
Orangtua harus kita muliakan. Setelah Allah memerintahkan kita beribadah, ada perintah birrul walidain. Birrul walidain itu, jangan sampai menyusahkan hati orangtua. Umpama kalian diperintah, tapi tak sanggup melakukannya, tetap jangan dibantah perintah orangtua. Kalau orangtua sudah melihat kesulitan kalian, baru matur, “saya belum bisa melakukannya.” Jadi orangtua senang. Jangan sampai membantah.
Kalian harus berubah dari sebelum mondok. Sebab di pondok kalian sudah mendapat didikan agama. Jangan sampai kalah dengan mereka yang tak mendapat pendidikan agama.
Kalau kalian ingin berkah, mempunyai anak yang birrul walidain, kalian harus birrul walidain. Orang yang birrul walidain, sungguh hidupnya barokah. Umpama di sini uang saku kalian kurang, jangan sampai minta. Tidak ada orangtua yang ingin anaknya sengsara. Kalau orangtua ada rizki, pasti ditambah uang saku kalian. Sungguh. Jadi jangan sampai marah-marah karena uang saku kurang. na’udzubillah min dzalik.
Coba kalian pikir. Ibu kalian mengandung sembilan bulan, susah payah. Saat melahirkan mempertaruhkan nyawanya. Dua tahun mengasuh, menyusui, memandikan, gendong ke sana ke mari. Pikirkan itu. Begitu berat perjuangan orangtua. Jangan sekali-kali membantah perintah orangtua. Sungguh.
Pikirkan. Sedari kecil kalian diasuh, sampai dipondokkan sekarang ini. Pikirkan ini, agar kalian senantiasa bersyukur, “Alhamdulillah, masih diberi bekal oleh orangtua. Kalau tidak, saya bisa apa?” Kalian harus bersyukur. “Saya harus giat belajar. Jangan sampai orangtua bersedih.” Kalian kalau tidak menyusahkan hati orangtua, insya allah barokah hidupnya.
Apalagi kepada ibu. Jangan sekali-kali menyusahkan hatinya. Aku gak lilo karo santri sing gak boso karo wongtuwo. (Saya tidak ridlo pada santri yang tidak halus bicaranya pada orangtua).][