Rasulullah Saw. dan Sakaratul Maut

Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula) (QS Al-Zumar [39]: 30). Begitulah ketetapan Allah bagi hamba-hamba-Nya. Pada Senin shubuh, dua belas Rabiul Awal, 11 Hijriah, ketika orang-orang sedang menunaikan shalat shubuh di masjid yang diimami oleh Abu Bakar r.a., tiba-tiba kain yang menutupi jendela kamar Aisyah terbuka.

Rasulullah Saw. tampak dari belakang mereka, memandangi mereka yang sedang berada dalam shaf-shaf shalat. Beliau tersenyum, lalu tertawa. Abu Bakar mengira Rasulullah akan keluar untuk melaksanakan shalat bersama mereka, sehingga membuatnya ingin bergeser dan bergabung dengan shaf di belakangnya. Kaum Muslimin ingin membawa beliau dalam shalat karena gembira melihat Rasulullah Saw.

Namun, Rasulullah Saw. memberi isyarat dengan tangannya agar mereka melanjutkan shalat mereka, kemudian beliau kembali ke kamarnya dan menutup jendela. Ketika bubar dari shalat mereka, kaum Muslimin mengira Rasulullah Saw. telah sembuh.

Ternyata, itu adalah pandangan perpisahan dari Rasulullah Saw. untuk sahabat -sahabatnya. Rasulullah Saw. kembali ke kamar Aisyah lalu menyandarkan kepalanya ke dadanya (Aisyah). Saat itulah, sakaratul maut datang menghimpitnya. Aisyah mengungkapkan, “Di hadapan Rasulullah Saw. terdapat bejana berisi air. Beliau memasukkan kedua tangannya ke air lalu mengusapkannya ke wajahnya, lalu bersabda, ‘Tiada Tuhan selain Allah. Sesungguhnya dalam satu kematian terdapat beberapa sekarat.’”

Fatimah r.a., salah seorang putri Rasulullah Saw., ketika melihat ayahnya, berkata, “Betapa menderitanya, ayah.” Rasulullah Saw. bersabda kepadanya, “Ayahmu tidak akan pernah menderita lagi setelah hari ini.”

Pasca Rasulullah Saw. Wafat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.