Ciri-Ciri Haji Mabrur

  • Nasikhun Amin
  • Sep 06, 2018

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Ketika masa-masa kedatangan jamaah haji, sering terdengar di telinga kita sebuah istilah yang disebut dengan haji mabrur. Sebenarnya apakah haji mabrur itu dan seperti apa ciri-cirinya? terimakasih.

Wassalamu’laikum Wr. Wb.

(Hadi– Grobogan, Jawa Tengah)

_________________

Admin- Wa’alaikumsalam Wr. Wb.

Semua orang yang telah melaksanakan ibadah haji menginginkan hajinya menjadi haji yang mabrur. Sebuah predikat yang menjadi hak prerogatif Allah untuk hambanya yang telah menunaikan ibadah haji. Dalam beberapa hadisnya, Rasulullah saw. pernah mengatakan keutamaan haji mabrur yang dimaksud:

وَالحَجُّ المَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الجَنَّةُ

Tidak ada balasan yang pantas bagi haji mabrur selain surga”. (HR. al-Bukhari)[1]

Salah satu pakar hadis, Ibnu Hajar al-‘Asqolani, mengartikan haji mabrur sebagai haji yang diterima atau haji yang tidak tercampur dengan perbuatan dosa.[2] Di antara ciri-ciri haji mabrur adalah memiliki akhlak yang terpuji dan meningkatnya rasa takwa setelah pulang haji. Sebagaimana penjelasan dalam kitab Bughyah al-Mustarsyidin:

 قَالَ الْخَوَّاصُ رَحِمَهُ اللهُ مِنْ عَلَامَاتِ قَبُوْلِ حَجِّ الْعَبْدِ وَأَنَّهُ خُلِعَ عَلَيْهِ خِلْعَةَ الرِّضَا عَنْهُ أَنَّهُ يَرْجِعُ مِنَ الْحَجِّ وَهُوَ مُتَخَلِّقٌ بِالْأَخْلَاقِ الْمُحَمَّدِيَّةِ لَا يَكَادُ يَقَعُ فِيْ ذَنْبٍ وَلَا يَرَى نَفْسَهُ عَلَى أَحَدٍ مِنْ خَلْقِ اللهِ وَلَا يُزَاحِمُ عَلَى شَيْئٍ مِنْ أُمُوْرِ الدُّنْيَا حَتَى يَمُوْتَ

Imam al-Khawash berkata: di antara tanda-tanda seseorang yang ibadah hajinya diterima ialah bahwa dirinya telah membuka pintu ridho, sehingga ia kembali (dari haji) dengan memiliki perilaku terpuji, tidak mudah melakukan dosa, tidak menganggap dirinya lebih baik atas makhluk Allah yang lain, dan tidak berlomba-lomba dalam urusan dunia sampai ia meninggal dunia”.[3]

Dengan demikian, predikat haji mabrur tidak hanya memberikan kebaikan untuk orang yang mendapatkannya. Akan tetapi juga memberi dampak kebaikan untuk masyarakat di sekitarnya. []waAllahu a’lam

 

________________

[1] Shahih al-Bukhari, vol. 3 hal. 2

[2] Fath al-Bari, vol. 1 hal. 87, Maktabah Syamilah

[3] Buhyah al-Mustarsyidin, hal. 187 cet. Darul Fikr

0

Post Terkait :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.