Hari-Hari Pertama Rasulullah Saw di Madinah

Saat hijrah dari Mekah, tatkala beliau sampai di Madinah, gegap gempita mewarnai suasana Madinah kala itu, penduduknya berhamburan ke jalan-jalan, menyambut manusia yang paling mereka cintai.

Mereka membuka lebar-lebar pintu rumahnya, berharap sang manusia mulia itu tinggal di rumahnya.

“Menempatlah di rumah kami, duhai Rasulullah”

Begitu pinta para penduduk Madinah.

“Biarkan unta ini yang memilih, ia telah diberi petunjuk” demikian jawab beliau.

Unta yang dinaiki beliau itu berjalan menyusuri kota Madinah, mencari tempat untuk menyinggahkan tuannya.

Rumah demi rumah dilewatinya, sementara setiap mata memandanginya dengan penuh harap, berharap agar sang unta berhenti dan menurunkan tuannya di pelataran rumah. Sedih rasa sang pemilik rumah saat tahu unta itu melewatinya.

Jalan demi jalan telah di susuri unta itu, sampai akhirnya berhentilah ia di sebuah pelataran Namun Rasulullah Saw. belum juga turun dari punggungnya. Unta itu berjalan lagi, lalu kembali dan berhenti di tempat semula, seolah memberi tanda di situlah rumah mulia untuk di tempati tuannya.

Pemilik rumah beruntung itu bernama Khalid bin Zaid bin Kulaib Ra., yang masyhur dengan panggilan abu Ayyub al-Anshari, rumah yang dihuninya tidaklah spesial, hanya  satu lantai dengan loteng di atasanya.

Betapa gembiranya abu Ayyub saat tahu bahwa rumahnyalah yang akan ditempati Rasulullah Saw. ia lalu mengosongkan lotengnya dan menempatkan barang-barang Rasulullah Saw. di sana. Namun baginda Nabi lebih memilih tinggal di lantai bawah.

Malam pun tiba, abu Ayyub dan isterinya naik ke loteng, saat sang isteri hendak menutup pintu kamar, abu Ayyub bertututr kepadanya,

“Celaka ini, bukankah Rasulullah berada di bawah kita. Akankah kita menapakkan kaki, sementara di bawah kita ada seorang Nabi?”

Mereka menuju tempat tidurnya dengan gelisah, mereka berjalan dengan hati-hati agar jangan sampai langkahnya berada tepat di atas Rasulullah Saw. Malam yang menggelisahkan bagi sepasang suami isteri itu, sampai paginya mereka tetap tidak bisa memejamkan mata, gelisah dan tidak enak hati karena bertempat di atas sang Nabi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.