Fenomena kegagalan try out UAN (ujian akhir nasional) yang dialami siswa SLTP dan SLTA sangat memrihatinkan. Letak ketidaklulusannya pada dua mata pelajaran yang mereka anggap momok. Kedua pelajaran itu adalah bahasa Inggris (ING) dan matematika (MTK). Karenanya, patut dicermati untuk dicarikan jalan keluarnya.
Salah satu solusinya adalah mencari akar masalah dari perspektif keislaman. Jika ditelisik secara Islami, kegagalan siswa dalam try out maupun UAN itu, menurut pengamatan penulis selama memberikan bimbingan belajar selama puluhan tahun, minimal disebabkan 4 faktor berikut.
Pertama, siswa kurang istiqamah belajarnya. Mereka tidak ajeg, tidak rutin, serta tidak kontinyu dalam belajar. Mereka belajar model SKS (sistem kebut semalam). Artinya, baru belajar hingga semalam suntuk untuk persiapan menghadapi UAN esoknya. Sangat sulit membujuk mereka agar mau belajar secara rutin dan berkesinambungan. Kalau begitu, mana mungkin maksimal hasilnya?
Seharusnya, mereka mempersiapkan diri jauh sebelumnya. Tujuannya, agar mereka mudah me-recall (mengingat kembali) dan me-recite (mengulang-ulang) inti sari pelajaran kelas 1 dan 2. Inilah yang paling sulit sebab materinya sudah tertimbun lama di otak. Maka, tidak bisa dilakukan secara instan untuk mengingat kembali.
Kedua, siswa kurang siyasah dalammengerjakan soal. Umumnya, mereka menjawab soal secara urut dari nomor satu hingga terakhir. Itu bagai tikus masuk perangkap. Pepatah Jawa menyebutnya, ”Ula marani gepuk.” Padahal, belum tentu soal nomor 1 lebih mudah daripada nomor 2 dan seterusnya. Bisa saja soal nomor 30 lebih mudah. Mengapa tidak mengerjakan soal nomor 30 atau nomor-nomor lainnya yang dianggap mudah.
Akibat terjebak perangkap tersebut, otak siswa sudah terforsir di soal-soal awal. Daya pikir pun kendur ketika mengerjakan soal berikutnya. Mereka bagaikan pelari maraton yang langsung berlari cepat saat start. Maka, bisa dipastikan mereka loyo di tengah jalan. Bahkan, bisa gagal melewati garis finis.
Mestinya, siswa sadar bahwa mengerjakan soal dengan durasi per soal 2 menit untuk bahasa Indonesia (BI) dan ING, serta 4 menit untuk MTK, itu memang harus cepat, tepat, dan tentunya harus taktis. Maka, diperlukan taktik jitu. Salah satunya adalah mengerjakan dulu soal yang dianggap mudah. Soal seperti itu paling butuh waktu 1 menit tiap item, bahkan lebih cepat daripada itu. Nah, keuntungan dari kelebihan waktu inilah yang bisa digunakan mengerjakan soal yang sulit yang memang perlu waktu lebih lama.
[ads script=”1″ align=”center”]