Don Quixote dan Ilusi Khilafah

Melihat kondisi hari ini, entah kenapa saya jadi teringat dongeng Don Quixote, seorang ksatria dari la
Manca karya Miguel de Cervantes. Dikisahkan, seorang lelaki tua bernama Alonzo Quinjano tergila-gila
dengan novel-novel petualangan yang ia baca. Hingga ia pun bertekad untuk menjadi seorang ksatria
yang akan menakhlukkan segala kejahatan dengan segala kisah heroiknya.

Singkat cerita, ia “mengangkat” kuda kurusnya sebagai “Rozinante (kuda sang ksatria)” dan mendapuk
seorang putri petani tua bernama Dulcinea Del Toboso sebagai “tuan putri” yang harus ia perjuangkan.
Tak lupa, ia juga menjuluki dirinya sendiri dengan “Don Quixote”, seorang ksatria dari la Manca.

Kelucuan demi kelucuan pun terjadi, sang Don Quixote mulai menganggap penginapan yang ia sewa
sebagai kastilnya. Sontak ia pun dianggap “gila” oleh pengunjung penginapan tersebut. Tak jarang,
tingkahnya yang lucu menyeretnya ke gerbang kematian.

Dikisahkan sang Don Quixote nyaris merenggang nyawa karena menyerang kerumunan prajurit yang
sedang menggiring tahanan penjara. Ia menganggap para prajurit adalah penjahat yang sedang
menyekap pengikut sang Don Quixote.

Di akhir cerita, Alonzo Quinjano ini pun menyadari bahwa selama ini ia hanya tertipu oleh ilusinya
semata. Kegilaannya selama ini pun berakhir cukup “dramatis”.

Walhasil, “kegilaan” karena ambisi yang terlalu besar dalam arwah “Don Quixote” terlihat merasuki
sebagian dari kita yang sangat percaya dengan kebangkitan khilafah.

Berbagai cara dilakukan mulai dari pendokrinan, anti kebangsaan, anti pancasila, dan sejenisnya sampai
menjatuhkan sistem NKRI dan menganggu stabilitas politik dalam negeri pun mereka lakukan. Pada
akhirnya, semua gerakan tersebut justru menjadi sebuah musibah bagi umat.

Uniknya, “kegilaan” ini akibat ekpektasi berlebihan dengan sistem khilafah yang mereka baca di buku-
buku dokrin mereka. Nyatanya sistem khilafah memiliki banyak kelemahan bila diterapkan dalam kondisi
politik internasional saat ini . Hal ini sama seperti cerita Alonzo Quinjano yang menjadi “gila” sebab
novel-novel heroik yang ia baca dan menjadi “lucu dan merepotkan” ketika ia mewujudkan
“kegilaannya”.

Berambisi untuk menciptakan suatu hal besar yang tidak tepat dengan kondisi dan situasi umat justru
menjadi masalah besar bagi banyak orang. Semoga saja (suatu saat nanti) mereka tersadar seperti akhir
kisah “Don Quixote”.

_____________________
Penulis, M. Tholhah Al Fayyadl, mutakharijin Madrasah Hidayatul Mubtadiin tahun 2017. Kini sedang
rihlah ta’allum di Kairo, Mesir.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.