Kisah Pertemuan Khalifah Harun ar-Rosyid dan Para Wali Agung dalam Perjalanan Haji

  • santri lirboyo
  • Agu 24, 2019

Dikisahkan, Khalifah Harun ar-Rosyid, seorang Khalifah dinasti Abbasiyyah yang terkenal adil dan bijaksana sedang berada dalam perjalanan menunaikan ibadah haji. Perjalanan haji sang Khalifah bertepatan dengan tahun 188 Hijriah dan merupakan haji terakhir bagi sang Khalifah dalam hidupnya.

Dalam menyusuri ganasnya padang pasir, bertemulah sang Khalifah Harus ar-Rosyid dengan seorang wali besar bernama Imam Fudhoil bin Iyadh.

“Wahai Khalifah yang terlihat indah wajahnya, engkau nanti akan dimintai tanggung jawab atas umat Islam, takut lah engkau akan hari dimana diceritakan dalam al-Quran

إذ تبرأ الذين اتبعوا من الذين اتبعوا ورأوا العذاب وتقطعت بهم الأسباب

“(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti berlepas tangan dari orang-orang yang mengikuti, dan mereka melihat azab, dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus.”

Maka seketika itu juga, Khalifah Harun ar Rosyid menangis dengan sendunya. Terlihat basah janggut putihnya. Begitu juga dengan Sang Sufi Imam Fudhoil bin Iyadh pun ikut hanyut dalam isak tangis. Setelah beberapa waktu, keduanya pun memutuskan untuk berpisah.

“Seandainya aku diberi kesempatan untuk meraih doa yang mustajabah, niscaya akan kupersembahkan seluruh doaku untuk Khalifah Harun ar-Rosyid”

“Karena dengan baiknya sang Khalifah niscaya akan baik seluruh keadaan rakyat, begitu juga ketika sang Khalifah dan rakyat terjaga kebaikannya niscaya akan tentramlah seluruh hamba Allah dan amanlah negara ini,” ujar Imam Fudhoil bin Iyadh dalam akhir perjumpaannya dengan sang Khalifah.

Setelah melaksanakan rangkaian ibadah haji. Sampailah waktunya bagi sang Khalifah untuk kembali larut dalam kesibukannya melayani rakyat di ibukota Baghdad. Dalam perjalanan pulangnya dari tanah suci, lewatlah rombongan besar sang Khalifah di Kota Kuffah.

Dikisahkan, di kota tersebut terdapat seorang wali agung yang terkenal aneh (jadzab) bernama Bahlul al-Majnun. Kemudian, bertemulah sang Khalifah dengan Sang Sufi Bahlul al-Majnun.

“Wahai Sufi berilah aku nasihat,” pinta sang Khalifah, Sang Sufi pun menyenandungkan sebuah syair yang sangat menyentuh

هب أن قد ملكت الأرض طرأ

ودان لك العبد فكان ماذا

أليس غدا مصيرك جوف قبر

ويحثو عليك التراب هذا ثم هذا

“Bangun lah, bukankah Engkau telah merajai segenap penjuru bumi,”

“Telah merunduk kepadamu hamba Allah, mengapa hal itu terjadi?”

“Bukankah esok hari, liang lahat adalah tempatmu kembali,”

“Dan akan mengubur jasadmu, debu-debu yang berterbangan ini.”

“Sungguh benar engkau wahai Bahlul, adakah petuah lain untukku?,” ujar sang Khalifah dengan penuh takdzim.

“Wahai pemimpin umat, ingatlah barang siapa yang diberikan Allah harta dan keindahan, kemudian ia menjaga keindahannya dan mengawasi kemana dan darimana hartanya datang, niscaya Allah tuliskan ia dalam catatan orang-orang yang beruntung”.

Khalifah Harun ar Rasyid merasa beruntung diberi nasihat oleh Bahlul, Sang Sufi.

“Terima kasih banyak, sungguh kami ingin melunasi hutangmu dengan hadiah yang kami bawa,” ujar sang Khalifah.

“Tak usah engkau lakukan wahai Amirul Mukminin, kembalikan setiap hak kepada pemiliknya, lunasilah hutang kewajiban dirimu atas apa yang Allah berikan kepadamu,” seru sang Sufi.

“Kami sangat ingin memberikanmu sebagian dari harta yang kami miliki agar engkau merasa senang dengan hadiah tersebut,” rayu sang Khalifah.

“Jangan lakukan hal itu wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Allah Swt. memberikanmu banyak nikmat dan tak lupa Allah juga memberikan hal yang sama kepadaku, aku telah bersyukur diberikan nikmat hidup oleh Allah, berpalinglah tak ada kebutuhan sedikit pun bagi diriku atas hadiah darimu,” ujar sang Sufi.

“Baiklah, terimalah hadiah seratus dinar dari kami,” bujuk sang Khalifah.

“Kembalikan lah harta tersebut kepada setiap orang yang berhak mendapatkannya, apa yang bisa ku lakukan dengan uang sebesar itu ? Berpaling lah sungguh kau telah meremehkan Dzat yang selalu memberikan ku nikmat” jawab sang Sufi.

Maka berpalinglah sang Khalifah Harun ar-Rasyid dan kini ia mendapatkan pelajaran dari seorang sufi seperti Bahlul al-Majnun yang mampu melepaskan jeratan dunia dari hatinya.

Sungguh cerita yang indah, dimana seorang pemimpin memuliakan dengan hormat seorang Ulama. Begitu juga, sungguh mulia seorang ulama yang begitu mencintai pemimpinnya bahkan mau memberikan nasehat tanpa imbalan sedikit pun.

Dikisahkan juga, Khalifah Harun adalah seorang Khalifah satu-satunya dari dinasti Abbasiyah yang pernah berjalan kaki dari kota Baghdad menuju kota Makkah untuk melakukan ibadah Haji.

Diceritakan pada suatu malam, Khalifah Harun ar-Rasyid bermimpi bertemu Baginda Nabi Muhammad Saw.

“Wahai Harun, sungguh seluruh keputusan telah menjadi tanggung jawabmu, maka berhajilah dengan berjalan kaki kemudian berperanglah untuk menegakkan agama Allah, berilah kelapangan bagi penduduk Haramain (Makkah dan Madinah).”

Maka atas mimpi tersebut, esoknya Khalifah Harun ar-Rasyid berangkat Haji dengan berjalan kaki. Sang Khalifah mengunjungi satu persatu kota saat menuju kota Makkah. Sang Khalifah tidak singgah di sebuah kota dalam perjalanan hajinya kecuali seluruh penduduk kota akan mengagungkannya berkat keadilan sang Khalifah yang sangat terkenal.[]

______________

Refrensi :

Kitab an Nujum Zahirah

Kitab Tarikh Baghdad

Kitab Bidayah wan Nihayah

Penulis, M. Tholhah Al-Fayyad, mutakhorrijin Madrasah Hidayatul Mubtadiin tahun 2017.

0

Post Terkait :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.