Dunia adalah arena kehidupan fana yang bersifat sementara. Agama Islam mengistilahkan kehidupan sebagai Darul ‘Amal, tempat untuk mengerjakan amal kebaikan sebagai persiapan untuk kehidupan selanjutnya, yakni akhirat. Karena kehidupan sejati yang kekal adalah kehidupan setelah kematian itu sendiri. Karena alasan itu, suatu hari Rasulullah saw. pernah berbincang-bincang dengan salah satu sahabatnya, yaitu Abu Dzarrin ra.
“Ketika hendak melakukan perjalanan, apakah engkau menyiapkan segala keperluannya?” Rasulullah saw. memulai perbincangannya dengan sahabat Abu Dzarrin ra.
“Iya, benar Rasulullah” jawab Abu Dzarrin singkat.
“Bagaimana apabila perjalanan itu adalah perjalanan menuju kehidupan akhirat. Bukankah aku pernah memberitahu dirimu mengenai suatu hal yang bermanfaat bagimu di hari (akhirat) tersebut, Wahai Abu Dzarrin” kata Rasulullah saw.
“Benar Rasulullah. Demi ayah dan ibuku, kau telah mengajarkan hal itu.” jawab Abu Dzarrin membenarkan.
“(Yaitu) berpuasalah ketika panas di siang hari menyengat untuk bekal di alam kubur, salatlah di antara kegelapan malam untuk menghilangkan kegelisahan di alam kubur, tunaikanlah haji untuk bekal urusan (akhirat) yang begitu agung, bersedekahlah kepada orang miskin, atau dengan mengucapkanlah perkataan yang benar dan menjauhi perkataan yang buruk.” terang Rasulullah saw.
_____________________________
Disarikan dari kitab Salalim Al-Fudhala’ hal. 152, karya Syekh Muhammad Nawawi Banten