Pada bulan Ramadan banyak kita menemukan Masjid dan Musala dipenuhi oleh para jamaah. Mereka berbondong-bondong ke tempat ibadah dengan semangat menghidupkan bulan Ramadan, salah satunya dengan aktif mengikuti jamaah salat tarawih.
Jumlah salat tarawih yang lumayan banyak, yakni 23 rakaat besertaan witirnya, membuat sebagian orang yang tidak terlalu kuat berlama-lama untuk salat. Sehingga wajar apabila ada sebagian orang memilih untuk mempercepat salat tarawih. Bahkan Rasulullah Saw. sendiri pernah menegur sahabat Mu’adz Ibn Jabbal dikarenakan terlalu memperpanjang salat saat menjadi imam.
Akan tetapi tentu juga tidak dibenarkan andaikan seseorang terlalu mempercepat salatnya, bahkan salatnya bisa tidak sah jika sampai tidak menyempurnakan rukun salat seperti bacaan al-Fatihan dan Tuma`ninah.
Baca Juga: Tata Cara Dan Niat Salat Witir
Sebagaimana penjelasan as-Sayyid Abdurrahman ibn Muhammad ibn Husain dalam Bugyah al-Mustarsyidin;
وأما التخفيف المفرط في صلاة التراويح فمن البدع الفاشية لجهل الأئمة وتكاسلهم ، ومقتضى عبارة التحفة أن الانفراد في هذه الحالة أفضل من الجماعة إن علم المأموم أو ظن أن الإمام لا يتم بعض الأركان لم يصح الاقتداء به أصلا
“Adapun salat tarawih yang terlalu cepat merupakan kebiasaan baru yang buruk akibat kebodohan dan kemalasan para imam. Redaksi Tuhfah memberikan pemahaman bahwa, infirad (salat sendiri) dalam keadaan demikian lebih utama dari berjamaah. Jika makmun yakin atau menduga bahwa imam tidak menyempurnakan sebagian rukun salat maka menjadi makmum imam demikian tidak sah.”
Syaikh Abu Bakar Syatho juga menjelaskan dalam I’anah at-Tholibin;
قال قطب الإرشاد سيدنا عبد الله بن علوي الحداد في النصائح: وليحذر من التخفيف المفرط الذي يعتاده كثير من الجهلة في صلاتهم للتراويح، حتى ربما يقعون بسببه في الإخلال بشئ من الواجبات مثل ترك الطمأنينة في الركوع والسجود، وترك قراءة الفاتحة على الوجه الذي لا بد منه بسبب العجلة،
“Quthb al-Irsyad Sayyid Abdullah Ibn Alawi al-Haddad dalam an-Nashoih menegaskan: takutlah dari berlebihan mempercepat salat yang menjadi kebiasaan orang bodoh ketika mereka salat tarawih. Sehingga kadang menyebabkan merusak sebagian kewajiban seperti meninggalkan tumakninah rukuk dan sujud, tidak membaca al fatihah dengan semestinya karena tergesa-gesa.”
Fenomena salat tarawih terlalu cepat yang sudah kadung menjadi kebiasan bagi sebagian masyarakat tentu perlu disikapi dengan bijak, khususnya salat tarawih yang berujung ketidaksempurnaan sebagian rukun salat. Sehingga tidak hanya saling menyalahkan melainkan juga memberikan solusi yang tepat ditengah masyarakat. Maka dari itu berikut kami sampaikan beberapa pendapat ulama perihal membaca al-Fatihan dan Tuma’ninah, yaitu rukun yang sering cacat ketika salat terlalu cepat.
Baca Juga; Menyiasati Imam Tarawih Yang Terlalu Cepat
Menurut mayoritas ulama membaca surah al-Fatihah merupakan salah satu rukun salat (atau dibahasakan fardhu dalam sebagian redaksi), sehingga jika bacaan surah al-Fatihah tidak sempurna maka otomatis salat batal. Akan tetapi menurut Madzhab Hanafi, membaca surah al-Fatihah bukan salah satu rukun salat akan tetapi kewajiban salat. Adapun rukunya adalah membaca sebagian dari ayat al-Qur’an. Sehingga, apabila seseorang tidak membaca al-Fatihah dengan sempurna, hanya membaca sebagian saja dari al-Fatihah maka menurut Madzhab Hanafi salatnya tetap sah akan tetapi berdosa dan tergolong dosa kecil karena meninggalkan kewajiban salat.
Dalam Fiqh Madzahib al-Arba’ah, Abdurrahman al-Jaziri menjelaskan;
فقد اتفق ثلاثة من الأئمة على أن قراءة الفاتحة في جميع ركعات الصلاة فرض، بحيث لو تركها المصلي عامدا في ركعة من الركعات بطلت الصلاة، لا فرق في ذلك بين أن تكون الصلاة مفروضة أو غير مفروضة. أما لو تركها سهوا، فعليه أن يأتي بالركعة التي تركها فيها بالكيفية الآتي بيانها في مباحث «سجود السهو». وخالف الحنفية في ذلك فقالوا: إن قراءة الفاتحة في الصلاة ليست فرضا وإنما هي واجب. وإن شئت قلت: سنة مؤكدة بحيث لو تركها عمدا فإن صلاته لا تبطل.
“Tiga imam sepakat bahwa membaca al-Fatihah disetiap rakaat adalah fardhu (rukun salat) sekira ditinggalkan dengan sengaja maka salatnya batal. Tidak ada bedanya antara salat fardhu dan selainnya. Adapun jika ditinggalkan karena lupa maka wajib menambah rakaat yang tidak ada bacaan fatihah dengan cara yang dijelaskan dalam pembahasan sujud sahwi. Madzhab Hanafi berbeda dalam masalah mebaca al-Fatihah. Mereka berpandangan bahwa membaca al-Fatihah dalam salat tidak fardhu akan tetapi wajib. Jika berkehendak ucapkan sunnah muakkad, sekira tidak dibaca dengan sengaja salatnya tidak batal”
Beliau melanjutkan;
الحنفية قالوا: المفروض مطلق القراءة، لا قراءة الفاتحة بخصوصها. لقوله تعالى: ﴿فاقرؤوا ما تيسرمن القرآن﴾ فإن المراد القراءة في الصلاة.
“Hanafiyah berpandangan; yang fardhu adalah membaca al-Quran tidak kusus al-Fatihah karena firman Allah Swt. “karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari al-Quran” yang dikehendaki adalah membaca dalam salat.”
Begitu juga Tuma’ninah, menurut mayoritas ulama diam sebentar sekira bacaan tasbih saat rukuk, i’tidal, sujud dan duduk di antara dua sujud adalah sebagian dari rukun salat. Akan tetapi menurut madzhab Hanafi, Tuma’ninah bukan termasuk rukun salat melainkan kewajiban salat, sehingga jika orang yang salat meninggalkan Tuma’ninah salatnya sah.
Dalam Fiqh Madzahib al-Arba’ah, Abdurrahman al-Jaziri menjelaskan;
وقد اتفق على فرضيتها ثلاثة من الأئمة، وخالف الحنفية في فرضيتها، بل قالوا: إن الرفع من الركوع والطمأنينة والاعتدال من واجبات الصلاة؛ لا من فرائضها. بحيث لو تركها المصلي لا تبطل صلاته، ولكنه يأثم إثما صغيرا، كما تقدم بيانه غير مرة
“Ketiga imam sepakat kefarduan tuma’ninah. Madzhab hanafi berbeda dalam hal kefardhuannya. Bahkan mereka mengakatan; berdiri dari rukuk, tuna’ninah dan i’tidal termasuk kewajiban salat, bukan kefardhuan salat. Sekira orang yang yang salat meninggalkannya maka salatnya tidak batal, akan tetapi berdosa kecil. Sebagaimana penjelasan yang telah lalu.”
Kesimpulan, lama atau cepat durasi salat tarawih akan ideal jika tetap melihat kekuatan para jamaah yang ikut salat tarawih. Salat tarawih yang terlalu cepat tentu tidak dibenarkan bahkan bisa tidak sah jika dilaksanakan dengan terlalu cepat sehingga terdapat rukun yang tidak sempurna. Praktik salat sesuai dengan madzhab Hanafi, yang tidak menjadikan surah al-Fathah dan tuma’ninah sebagai rukun salat, meskipun sah akan tetapi bukanlah praktik salat tarawih yang ideal untuk dilaksanakan. Sebab bagi orang muslim bulan ramadan yang hanya datang sekali dalam setahun sangat disayangkan bilamana ibadah di dalamnya tidak dimaksimalkan.
Sekian, semoga bermanfaat. Wallahu A’lam bi as-Shawab.
Follow; @pondoklirboyo
subscribe; Pondok Lirboyo