Syaikh Nawawi Ulama Nusantara Harum Ke Penjuru Dunia

Syaikh Nawawi

Momentum peradaban Islam pada abad 16 M sampai 18 M ternyata tidak hanya digaungkan bagi kaum Jazirah Arab saja, melainkan ada sebagian kaum muslim non arab ikut berkiprah dalam peradaban tersebut. Salah satunya Syaikh Nawawi Al Bantani Al Jawi Al Makki.

            Kiprah Syaikh Nawawi dalam keilmuan Islam tidak hanya dirasakan bagi kaum muslim pada masa tersebut. Tetapi hingga masa sekarang, umat muslim seluruh dunia masih merasakan manfaat keilmuan beliau melalui karya-karyanya yang masyhur.

            Syaikh Nawawi merupakan seorang ulama Haramain yang lahir di Indonesia pada tahun 1230 H / 1813 M. Beliau berasal dari Tanara, Serang, Banten. Dalam garis keturunan jalur ayah yakni Syaikh Nawawi bin Kyai Umar bin Kyai Arabi bin Kyai Ali bin Ki Jamad bin Ki Janta bin Ki Mas Buqil bin Ki Masqun bin Ki Maswi bin Tajul Arsyi (pangeran Sunyararas) bin Sultan Hasanuddin bin Syarif Hidayatullah (sunan Gunung Jati).

            Dalam pemberian nama beliau, Kyai Umar sebagai ayahnya bertafa’ulan dengan nama ulama yang masyhur pada masa sebelumnya, yaitu Imam An-Nawawi. Karena kekagumannya beliau kepada ulama ahli fiqih dalam bidang masyhurnya asal Damaskus tersebut. Sehingga Kyai Umar memberi nama putranya dengan nama tersebut.

Pencarian Ilmu

            Pada masa kecilnya, Syaikh Nawawi dididik ayahnya dengan pendidikan dasar-dasar ilmu agama seperti membaca al-Qur’an, gramatika Arab, fiqih, teologi, dan lain-lain. Pada tahun 1821 M tepat usia delapan tahun bersama kedua saudaranya berangkat ke pesantren Kyai Haji Sahal Banten. Kemudian beliau melanjutkan belajar kepada Kyai Haji Yusuf ulama asal Purwakarta. Setelah itu Beliau menempuh belajar di Cikampek dengan mengembangkan ilmu bahasa Arab. Setelah merampungkan pendidikannya di Cikampek, Syaikh Nawawi beserta kedua saudaranya diminta pulang oleh kedua orang tuanya untuk membantu mengajar di pesantren yang diasuh oleh sang ayah.

            Karena kondisi politik di Nusantara yang tidak kondusif, pada tahun 1828 M, beliau meminta izin kepada ibunya untuk pergi menuntut ilmu ke Hijaz. Hingga sampailah beliau di tanah Hijaz dan bertempat tinggal di kampung Al Jawi serta mendapat pembinaan dari kaum muslim Nusantara yang sudah lama mukim di sana.

            Ketika di Hijaz, beliau berguru kepada banyak ulama. Di antaranya adalah Syaikh Junaid Al Batawi, Syaikh Mahmud bin Kannan Al Palimbangi, Syaikh Abdush Shomad bin Abdurrohman Al Palimbangi, Syaikh Yusuf bin Arsyad  Al Banjari, Syaikh Muhammad Shalih Al Mufti Al Hanafi , Syaikh Ahmad Al Dimyati, Syaikh Syaikh Hasbullah, Syaikh Zaini Dahlan, Syaikh Abdul Hamid Daghastani, Syaikh Muhammad Khatib Hambali.

Perjalanan Dakwah

            Pada tahun 1830 M, Syaikh Nawawi Al Bantani sempat pulang ke Nusantara serta ingin mengabdikan dirinya untuk mengajar di pesantren ayahnya. Akan tetapi, karena akses beliau terbatas ketika mengajarkan agama Islam dan dakwahnya di Banten yang disebabkan adanya pembatasan gerak serta dimata-matai oleh pihak Belanda, maka beliau lebih memilih kembali ke Hijaz dan bermukim di sana.

            Ketika mengajar di Hijaz, Syaikh Nawawi sangat berpengaruh sekali keilmuannya, sehingga ribuan murid dari penjuru dunia banyak yang menimba ilmu dan keberkahan darinya. Tidak hanya itu, beliau sampai dijuluki imam An-Nawawi shoghir. Dalam berpenampilan, pakaian beliau sangat sederhana, tidak menampakkan ciri khas ulama pada umumnya di tanah Hijaz. Meskipun begitu, hal tersebut tidak menyurutkan nyali beliau untuk mengajar di serambi Masjidil Haram. Karena yang dicari bagi muridnya adalah ilmunya bukan model pakaiannya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.