Assalaamualaikum wr. Wb
Saya sering mendengar istilah pacaran islami, sebenarnya apakah memang ada cara-cara berpacaran ala islam itu, melihat kata-kata pacaran itu berkonotasi negativ, yang pasti merujuk pada perilaku-perilaku menyimpang.
Terimakasih
Wassalamu’alaikum
Hadi, jember.
Walaikum salam wr. Wb.
Rasa cinta pada lawan jenis ada sebuah kepastin dan kodrat wajar dari manusia. Ada banyak kandungan hikmah yang penting dalam masalah ini, seperti semisal ketika manusia tidak di beri hasrat pada lawan jenis, maka kerusakan akan terjadi, berupa macetnya keberlangsungan ras manusia, padahal hal ini merupakan perkara pokok dalam penciptaan manusia. Dan banyak hikmah-hikmah lainnya.
Untuk mengarahkan kodrat bawaan ini syara’ telah mengaturnya dengan hati-hati. Istilah pacaran islami itu tidaklah di benarkan adanya. Kalaupun ada yang menyuarakannya, pasti datangnya dari setan yang selalu banyak mengajak pada kejelekan.
Ini jika istilah pacaran dikaitkan dengan perilaku dan tindakan-tindakan menyimpang, seperti berduaan dan lainnya yang lazim dalam berpacaran. Akan tetapi untuk hubungan interaksi dengan lawan jenis seperti bertransaksi atau penyampain materi dari seorang guru kepada muridnya hanya sebatas melihat telapak tangan dan wajah.
Dalam konsep fikih hubungan lawan jenis mempunyai norma-norma tersendiri. Seorang laki-laki jika memang tertarik pada lawan jenis dan benar-benar menginginkannya di sunnahkan untuk menikah, jika memang ia sudah mampu untuk membayar mahar dan menafkahinya.
Sedangkan cara yang di legalkan agama untuk mengenal lebih jauh pasangan yang akan di bidik, untuk mengetahui karakternya adalah dengan :
- Mengirim utusan dari masing-masing pasangan dengan ketentuan, delegasi tersebut harus bersifat amanah, dapat dipercaya, adil dan masih berhubungan mahram dengan pasangan yang akan ia selidiki.
- Atau selain mengirim delegasi, boleh juga dengan mengajak ngobrol pasangannya dengan syarat di dampingi mahramnya.
- Menurut Syafi’iyyah Hanya di perkenankan melihat wajah dan telapak tangan.
Kiranya demikian kiat-kiatnya.
Wassalamualaikum wr. Wb.
Referensi :
[1]. I’anatutholibin juz 3 hal 298 DKI.
[2]. Al-baijury juz 2 hal 101 DKI.