Ubayy bin Ka’ab Al-Anshary ra. adalah salah seorang sahabat Rasulullah saw. yang gigih berjuang bersama Rasulullah saw. Ia bukan termasuk sahabat yang pertama kali masuk islam. Ia baru berikrar ketika Baiat Aqabah kedua. Namun, ia memiliki tempat tersendiri di hati Rasulullah saw. Bahkan, Rasulullah saw. memberinya nama kunyah (julukan), layaknya yang juga dilakukannya kepada sahabat-sahabat ternama, seperti Abu Bakar, Umar, dan lainnya. Ia sering dipanggil dengan nama Abu al-Mundzir.
Suatu hari, ia ingin mengungkapkan rasa cintanya kepada Rasulullah saw. “Ya Rasulullah, aku senantiasa membaca shalawat untukmu. Sebaiknya, berapa banyak lagi aku membaca shalawat untukmu?”
“Sesukamu, Ka’ab.” Rasulullah saw. menyambut ungkapan cinta Ubay bak lembayung senja.
Ubay bertanya lagi, “Bagaimana kalau seperempat waktu dari setiap hariku?”
“Sesukamu. Jika kau menambahnya, itu lebih baik.”
“Jika sepertiga?”
“Terserah engkau. Jika kau menambahnya, itu lebih baik.”
“Jika setengah?”
“Terserah engkau. Jika kau menambahnya, itu lebih baik.” Untuk keempat kalinya, Nabi memberi jawaban yang sama.
Ubay adalah sahabat yang sangat mencintai Rasulullah saw. Ia tak puas dengan hanya mengingat dan menyebut nama Rasulullah dalam waktu-waktu tertentu saja. Ia menantang dirinya sendiri untuk bertanya lagi, “Bagaimana jika kutambah dua pertiga?”
“Terserah engkau. Jika kau menambahnya, itu lebih baik.”
Mendapat jawaban yang sama dalam beberapa pertanyaannya, membuat rasa cinta Ubay semakin membuncah. Maka kemudian ia bertekad untuk menghabiskan waktu-waktunya untuk menggumamkan rasa cinta kepada kekasihnya itu, “Ya Rasulullah, akan kugunakan seluruh hariku untuk bershalawat kepadamu.”
Mendengar pernyataan Ubay yang begitu yakin dan sungguh-sungguh, Rasulullah tak segan-segan memujinya. “Kalau begitu, wahai Ka’ab,” ungkap Rasulullah. “Keinginanmu akan dicukupi dan dosamu akan diampuni Allah.”
Ubay bin Ka’ab seorang sahabat yang begitu dekat dengan Rasulullah saw. Ia dalam berbagai waktu dan ruang sering mendapat kesempatan berbincang-bincang dengan Rasulullah saw. Oleh beliau, ia dipuji sebagai sahabat yang paling bagus dalam membaca Alquran.
Seorang yang begitu dekat dengan Rasulullah saw. saja, dengan sungguh menghabiskan seluruh waktunya untuk menyebut nama kekasihnya. Seseorang yang jelas-jelas mendapat tempat di hati Rasulullah saw. saja, tak rela waktunya hilang tanpa menyirami rasa cinta yang kian waktu kian tumbuh.
Apalagi kita, yang hidup ribuan abad sepeninggal Rasulullah saw. Yang tidak pernah berjumpa dengan Rasulullah saw. Yang sangat membutuhkan pertolongan dan belas kasih Rasulullah saw. Apa yang bisa kita lakukan, selain terus memujanya, menyebut-nyebut namanya dalam tiap hirupan nafas, setiap saat, dalam luruhnya doa dan permohonan syafaat?
Allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammad.
0