Tukang Becak, Pelajar dan Rezeki yang Hilang

  • Nur Muhammad Alfatih
  • Nov 05, 2022
Photo by Dino Januarsa on Unsplash

Terdapat beberapa becak berderet di pusat kota Kediri. Para driver becak terlihat penuh harap dan tawakal. Terus terjaga mana kala ada satu dua orang menginginkan jasa mereka.

Mungkin bisa dibilang tukang becak termasuk orang yang paling sabar dalam hal kerja. Sebab, mereka tidak hanya satu dua kali pulang -menemui keluarganya- dengan tangan hampa. Melihat dari kemajuan zaman sekarang, setiap rumah hampir memiliki kendaraan sendiri, ditambah para driver online yang kian hari kian marak, pasti sangat sulit mendapatkan penumpang. Sehingga tidak keberatan jika diungkapkan bahwa tukang becak adalah orang yang paling percaya dengan rezeki Tuhan.

Kehilangan Rezeki Akibat Tidur

Akan tetapi banyak ditemui juga tukang becak yang datang dari rumah dengan niat bekerja, sedang saat mereka tiba di pangkalan justru mereka malah tidur. Entah karena menunggu penumpang yang tidak kunjung datang atau karena bosan. Tetapi dalam realita kehidupan, orang yang sedang mencari nafkah pasti dalam keadaan terjaga. Karena jika tertidur, seseorang tidak akan pernah bisa bekerja,­ yang secara otomatis rezeki pun akan hilang.

Berbicara soal rezeki, tentu tidak melulu bicara soal uang. Karena rezeki juga bermacam-macam. Ada rezeki lahiriyah, meliputi; keluarga, sandang, pangan juga uang. Ada pula rezeki batiniyah. Kriteria ini biasanya berkaitan dengan ilmu, kesehatan rohani juga sebuah petunjuk.

Relasi antara tukang becak, rezeki, juga pembahasan ini, serupa dengan keadaan yang biasa ditemui sebagai seorang pelajar. Sepertinya, masih banyak yang belum bisa seutuhnya mengerti kehadiran sebagai seorang pelajar. Melihat masih sering ditemuinya beberapa pelajar yang berangkat sekolah dengan niat mencari ilmu, sedang di dalam kelas justru tertidur. Pelajaran yang diberikan oleh gurunya di dalam kelas diabaikan begitu saja dengan mengisi khayal hibernasinya.

Coba ingat, bukankah ilmu termasuk juga rezeki? Jika seorang pelajar ketika diberi materi pelajaran justru tertidur, maka rezeki (ilmu) yang mulanya akan didapat menjadi hilang sia-sia. Dan pada akhirnya, ia akan tetap miskin pengetahuan, sebagaimana keterangan dalam Syarah Ta’lim Muta’alim;

وَكَثْرَةُ النَّوْمِ تُوْرَثُ الْفَقْرَ (اَيْ اِحْتِيَاجُ مِنْ جِهَّةِ الْمَالِ) وَ فَقْرُ الْعِلْمِ (اَيْ اَلْجَهْلُ كَالْفَقْرِ مِنْ جِهَّةِ الْمَالِ).

“Terlalu banyak tidur menyebabkan kefakiran -butuh kepada harta- dan miskin ilmu (bodoh), sama seperti orang miskin yang sangat membutuhkan uang.”

Apa yang dilakukan oleh seseorang, pasti akan menemui dampak dan akibat di kemudian hari. Jika hal di atas terus dibuat-buat, berarti ia telah kehilangan kesempatan, dan akibatnya adalah penyesalan di kemudian hari. Keadaan yang seseorang rasakan sekarang, merupakan dampak dari perbuatan yang dilakukan sebelumnya. Jika pelajar dulunya orang yang rajin, pasti di kemudian hari, ia tidak akan menyesal. Hal ini berlaku pula sebaliknya.\

Baca juga: Tiga Pembagian Ilmu Syariat yang Wajib Dipelajari

Sebagai pelajar tentunya perlu bermuhasabah. Menyadari bahwa perut yang setiap hari dipuaskan dengan makanan, seharusnya ia dapat berlaku adil. Dalam artian, hati juga perlu diisi dengan ilmu. Diharapkan ketika keduanya dapat dijalankan -dalam menjalani aktivitas- dapat menemukan keseimbangan hidup. Sebab tanpa ilmu, hati hanya seonggok daging tanpa nutrisi. Di mana ketika hati itu rusak, maka akan rusak seluruh jasad. Baik itu pengetahuan maupun dalam berperilaku.

أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً، إِذَا صَلَحَتْ، صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ، فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

“Ingatlah bahwa di dalam jasad ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung).”[1]

Yang pasti bagi pelajar, rezeki yang paling utama adalah mendapatkan ilmu. Jika dalam mendapatkan materi pelajaran diisi dengan tidur, maka rezeki (ilmu) apa yang akan didapat?

Agar pelajar dijauhkan dari hilangnya rezeki mendapatkan ilmu, perlunya untuk menyemangati diri sendiri dalam mencari apa yang sedang ia butuhkan. Karena tidak ada seorang pun yang mampu menyemangati diri seseorang kecuali dirinya sendiri. Semangat inilah yang kemudian mampu mengubah kehidupan seseorang. Sebab ketika seseorang memiliki semangat, ia bagaikan orang terkaya di dunia. Pasalnya, tidak ada satu orang pun yang dapat membeli semangat dan tak akan pernah ada yang ingin menjualnya.[]

Simak juga: Belajarlah Selagi Masih Muda | KH. M. Anwar Manshur


[1] Muslim bin Hajjaj, Shahih Muslim (Beirut: Dâr Ihyâ at-Turats al-‘Arabi,tt), III/1219

Tukang Becak Pelajar dan Rezeki yang Hilang
Tukang Becak Pelajar dan Rezeki yang Hilang

1

Post Terkait :