Oleh: KH. Ahmad Idris Marzuqi
Para Pembaca yang kami hormati… Saat ini telah banyak kita saksikan kemunkaran dan kemaksiatan di mana-mana. Dari lingkungan yang kecil (keluarga), sampai pada lingkungan yang besar (negara). Umat sekarang semakin jauh dari petunjuk Allah SWT tidak lagi mengindahkan aturan-aturan syariat. Kewajiban-kewajiban diabaikan, banyak orang Islam yang telah meninggalkan salat, enggan menunaikan zakat, dan juga kewajiban-kewajiban yang lain. Mereka lebih senang dengan perbuatan maksiat yang hanya merupakan kesenangan dan kenikmatan sesaat. Na’udzubillah.
Tidak mengherankan, karena dunia ini adalah tipu daya. Terasa sejuk pada penglihatan, dan manis dalam kecapan, walaupun dalam hakikatnya adalah busuk. Sayidina Ali bin Abi Thalib berkata:
“Dunia itu ibarat bangkai. Maka siapapun yang menghendakinya, bersabarlah untuk menjadi teman anjing.”
Sudah seharusnya kita perlu menyimak kembali dawuh Nabi SAW. berikut:
“Surga dikerumuni oleh hal-hal yang dibenci (oleh nafsu), sedangkan neraka dihiasi dengan hal-hal yang menyenangkan dan menggiurkan.”
Bagaimana tidak, segala hal yang bernilai ibadah pasti akan terasa berat karena ia akan selalu berhadapan dengan nafsu yang tak henti-henti menghalanginya. Kecuali pada hamba-hamba yang telah dianugerahi nikmatnya beribadah. Allah SWT. berfirman QS Al-Baqoroh:45:
“Sesungguhnya (salat) itu berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu.”
Jika umat Islam telah jauh dari ajaran-Nya, maka agama menjadi tinggal nama. Tak ada lagi wibawanya. Nabi SAW. bersabda:
“Salat adalah tiang agama, maka barang siapa yang mengerjakannya, maka ia telah menegakkan agama, dan barang siapa meninggalkannya maka ia telah sama dengan merobohkan agama.”
Jika kita simak hadis Nabi SAW. di atas, ternyata kebobrokan agama Islam bukan karena serangan musuh-musuhnya, melainkan karena ulah dari umat Islam sendiri karena tak lagi mengindahkan petunjuk dan ajaran agamanya.
Sebagai bagian dari umat manusia, seharusnya kita tidak hanya diam melihat kenyataan ini. Jika kondisi yang semacam ini dibiarkan, umat akan semakin terpuruk, agama tinggal nama. Na’udzubillah. Merupakan kewajiban kita bersama untuk saling mengingatkan dan tolong-menolong dalam kebaikan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Maidah:2.
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”
Kita tentunya takkan rela jika saudara kita tertimpa musibah. Kita juga tidak rela apabila saudara kita tersesat. Bukankah setiap muslim adalah saudara bagi muslim yang lain?
Para pembaca yang terhormat… Rasulullah SAW. bersabda:
“Barang siapa yang melihat kemunkaran, hendaklah ia mencegahnya dengan kekuatan, jika tidak mampu, maka dengan lisannya, dan jika tidak mampu lagi hendaklah ia mengingkarinya dalam hati, hal ini adalah kewajiban yang terendah bagi orang yang beriman.” HR. Muslim.
Apabila kita telah melihat banyak kemunkaran dilakukan atau kewajiban telah diabaikan, maka sudah menjadi perintah syariat unluk melakukan amar makruf dan nahi mungkar semampu kita. Jika tidak, maka kita dianggap setuju dengan kemaksiatan. Tuntutan dari syariat pada kita minimal kita mengakui bahwa hal itu adalah kemunkaran. Allahumma hadza munkarun fa azilhu. Rasulullah SAW. bersabda:
“Demi Dzat yang mana diriku berada dalam kekuasaan-Nya, Perintahkanlah kebaikan dan cegahlah kemunkaran, atau Allah akan membuatmu merintih/mengadu dengan menurunkan siksa padamu. Dan ketika kamu meminta pada-Nya, maka Allah tidak meluluskannya.”
#Disarikan dari Majalah MISYKAT