Tiga Rahasia dalam Lirboyo Bersholawat

Malam itu, puluhan ribu orang orang berbaju putih duduk memadati tanah lapang nan luas. Di bawah sinar lampu dan temani terpaan sinar rembulan, mereka melantunkan bait-bait pujian kepada Sang Pujaan demi mendapatkan syafaat di hari pertolongan. Sekelumit kalimat itu telah sedikit menggambarkan bagaimana suasana yang ada di setiap momentum Lirboyo Bersholawat.

Lirboyo Bersholawat merupakan agenda tahunan yang diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Lirboyo setiap mendekati akhir tahun pelajaran. Secara bergantian, Lirboyo Bersholawat menjadi rangkaian acara menyongsong haflah Pondok Pesantren Putri Hidayatul Mubtadi-aat (P3HM) dan Pondok Pesantren Putri Tahfidzil Qur’an (P3TQ), Lirboyo Kediri.

Ketika ditelisik lebih mendalam, esensi Lirboyo Bersholawat belum banyak diketahui secara mendetail oleh kebanyakan orang, bahkan para jamaah yang hadir pun tak seberapa yang menyadarinya. Mayoritas dari mereka menganggap bahwa Lirboyo Bersholawat adalah acara majlis sholawat. Tanpa disadari, mereka telah meraih pundi-pundi amal yang lain. Di antaranya:

Majlis Dzikir

Sudah menjadi sebuah tradisi turun temurun, di setiap acara yang digelar oleh Pondok Pesantren Lirboyo selalu diselingi dengan pembacaan dzikir yang berupa Tahlil dan doa. Tahlil dan doa tersebut ditujukan untuk Muassis (pendiri) dan para Masyayikh yang telah wafat, dan segenap ahli kubur muslimin dan muslimat.

Dalam karya monumentalnya yang berjudul Ihya’ Ulumuddin, Imam Al-Ghazali mengutip salah satu hadis Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh sahabat Anas bin Malik RA mengenai keutamaan majlis dzikir:

 إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوا قَالُوا وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ قَالَ مَجَالِسُ الذِّكْرِ

Jika kamu melewati taman-taman surga, maka singgahlah dengan senang. Para sahabat bertanya: Apakah taman-taman surga itu?. Beliau menjawab: (yaitu) majlis-majlis dzikir.”[1]

Dalam hadis lain dalam kitab Al-Mu’jam Al-Kabir juda disebutkan:

مَا جَلَسَ قَوْمٌ يَذْكُرُوْنَ اللهَ تَعَالىَ فَيَقُوْمُوْنَ حَتَّى يُقَالُ لَهُمْ: قُوْمُوْا قَدْ غَفَرَ اللهُ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَبُـدِّلَتْ سَيِّئَاتُكُمْ حَسَنَاتٍ

Tidaklah duduk suatu kaum, kemudian mereka berzikir kepada Allah Ta’ala dalam duduknya hingga mereka berdiri, melainkan dikatakan (oleh malaikat) kepada mereka: Berdirilah kalian, sesungguhnya Allah telah mengampuni dosa-dosa kalian dan keburukan-keburukan kalian pun telah diganti dengan berbagai kebaikan.” (HR. At-Thabrani)[2]

Terlebih lagi dzikir Lirboyo Bersholawat berada dalam rangkaian pembacaan tahlil. Tahlil sebagai bentuk doa yang dihadiahkan untuk para ahli kubur yang telah meninggal. Karena bagi orang yang telah meninggal, hadiah pahala doa lah yang paling mereka harapkan di alam barzah. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.:

يس قَلْبُ اْلقُرْانْ لاَ يَقرَؤُهَا رَجُلٌ يُرِيْدُ اللهَ وَالدَّارَ اْلاَخِرَة اِلاَّ غَفَرَ اللهُ لَهُ اِقْرَؤُهَا عَلَى مَوْتَاكُمْ

Surat Yasin adalah pokok dari al-Qur’an, tidak dibaca oleh seseorang yang mengharap ridha Allah kecuali diampuni dosadosanya. Bacakanlah surat Yasin kepada orang-orang yang meninggal dunia di antara kalian.” (HR. Ibu Dawud dan selainnya)

Majlis Ilmu

Bersholawat bukan menjadi alasan untuk tidak menambah ilmu. Namun alangkah indahnya ketika keduanya dapat beriringan bersama. Seperti halnya mauidzotul hasanah dalam rangkaian Lirboyo Bersholawat yang tidak pernah terlewatkan. Tentunya selain majlis Sholawat, Lirboyo Bersholawat merupakan majlis ilmu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.