Pada kesempatan kali ini, redaksi lirboyo.net akan menceritakan sebuah kisah hikmah suami istri di meja makan dan seorang pengemis, yang pernah dituliskan oleh Sayyid Ali ibn Hasan Baharun dalam Kitab Fawaid al-Muhtaroh. Sebuah kisah yang memilukan yang pernah dialami oleh seseorang.
Penasaran dengan ceritanya? Mari sama-sama kita simak kisah hikmah berikut.
Kisah Hikmah: Roda Kehidupan yang Berputar dengan Cepat

Sepasang suami istri tengah asyik makan bersama di rumah. Kala itu, terdengar oleh mereka suara ketukan pintu rumah. Ternyata yang mengetuk pintu adalah si miskin yang tengah membutuhkan sesuap nasi.
Sang suami berinisiatif memberikan ayam yang mereka miliki;
“Bagaimana kalau ayam ini kita berikan kepada orang miskin ini?”
“Jangan! Usir saja dia!” Ujar sang istri.
Setelah lewat beberapa waktu, sang suami mendapat ujian dan menjadi miskin. Pada akhirnya ia mentalak sang istri.
Sang istri yang menjanda akhirnya menikah lagi dengan laki-laki lain.
Suatu ketika saat sedang makan, seperti biasa sang istri dengan suami barunya kedatangan tamu. Ternyata, yang mengetuk pintu rumah adalah orang miskin yang membutuhkan sesuap nasi.
Kebetulan waktu itu mereka memiliki ayam.
“Ambillah ayam itu dan berikan kepada orang miskin ini!” Sang suami memberi perintah.
Tidak seperti ketika bersama suami yang pertama, sang istri segera mengambil ayam untuk ia berikan kepada orang miskin di depan rumahnya.
Saat kembali kepada suaminya, ia menangis penuh penyesalan;
“Kenapa tiba-tiba kamu menangis? Apa kamu menangis hanya karena kita mensedekahkan satu ayam?” Sang suami penasaran.
“Bukan, aku menangis karena kebingungan!”
Hening….
“Apa kamu tahu siapa yang meminta-minta barusan? Dia adalah mantan suamiku!” Sambil menangis sang istri menjelaskan keanehan yang baru saja ia alami.
“Dan apakah kamu tahu siapa sebenarnya aku? Aku adalah orang miskin yang dulu pernah minta-minta kepada kalian!”[1]
Hikmah yang Dapat Diambil

Kisah hikmah suami istri di meja makan di atas, mengajarkan kepada kita tentang bagaimana roda kehidupan seringkali berputar dengan cepat, ketidakpastian dan hal-hal yang tidak kita sangka-sangka.
Seperti yang kita lihat dalam kisah ini, perbuatan baik yang kita lakukan kepada orang lain tidak hanya merupakan tindakan mulia dalam diri kita, tetapi juga bisa menjadi investasi dalam kesejahteraan dan kebahagiaan kita sendiri di masa depan.
Kita harus selalu ingat bahwa orang yang membutuhkan pertolongan hari ini bisa saja menjadi sumber pertolongan kita di masa depan.
Dalam cerita ini, kita juga melihat betapa tidak bisa diprediksinya kehidupan. Orang miskin yang meminta bantuan bisa saja menjadi pribadi yang sukses di masa depan, dan sebaliknya.
Ini mengingatkan kita untuk bersikap bijaksana dalam penilaian terhadap orang lain, dan selalu memberikan bantuan ketika kita mampu melakukannya.
Jadi, pesan yang dapat diambil dari cerita ini adalah untuk selalu berbuat baik kepada orang lain tanpa pamrih, karena perbuatan baik dapat membawa berkah yang tak terduga dalam hidup kita.
Selain itu, kita juga harus selalu bersikap rendah hati dan bijaksana dalam menghadapi perubahan dalam kehidupan, serta menjauhi penilaian yang buruk terhadap orang lain.
Referensi:
[1] As-Sayyid Ali Ibn Hasan Baharun, Fawaid al-Muhtaroh Hal: 176.