Banyak ulama mengatakan: ketika seorang pelajar bisa mempersatukan akal, adab, dan mempunyai pemahaman yang baik, serta mempunyai Guru yang sabar, rendah hati, juga piawai dalam mengajar, niscaya sempurnalah nikmat diantara keduanya.
Disebutkan pula oleh ulama yang lain, dalam sebuah syair:
أَخِي لَنْ تَنَالَ الْعِلْمَ إلاَّ بِسِتَّةٍ × سَأُنْبِيْكَ عَنْ تَفْصِيْلِهَا بِبَيَانِ
ذُكَاءٍ وَحِرْصٍ وَاجْتِهَادٍ وَبُلْغَةٍ × وَإِرْشَادِ أُسْتَاذٍ وَطُوْلِ زَمَانٍ
Artinya: “Saudaraku, ilmu tak akan diperoleh kecuali dengan enam perkara. Akan aku jelaskan dengan detail. Cerdas, mempunyai kemauan, bersungguh-sungguh, dan mempunyai biaya, memilih guru, dan waktu yang lama.
Hasan Al-Bashri pernah berkata bahwa goresan pena seorang yang alim adalah tasbih, dan berisi pengetahuan. Melihat orang alim adalah ibadah, dan tinta yang digoreskan seperti darahnya orang yang mati syahid. Ketika orang yang alim tersebut dibangkitkan dari kuburnya, orang-orang akan melihat dirinya dikumpulkan bersama para Nabi.
Begitu mulianya orang yang ahli ilmu menurut Hasan Al-Bashri. Bahkan Rasulullah SAW bersabda:
مَنِ اتَّكَأَ عَلَى يَدِهِ عَالِمٌ كَتَبَ اللّٰهُ لَهُ بِكُلِّ خَطْوَةٍ عِتْقَ رَقَبَةٍ، مَنْ قَبَّلَ رَأْسَ عَالِمٍ كَتَبَ اللّٰه لَهُ بِكُلِّ شَعْرَةٍ حَسَنَة.
Artinya: “Barangsiapa yang menjadi sandaran orang Alim, Allah menulis (pahala) disetiap langkahnya sama dengan memerdekakan budak. Barangsiapa mencium kepala orang Alim, Allah menulis disetiap rambutnya sebuah kebaikan.”
Belajar sejenak di waktu malam lebih baik dari pada mengisi malam dengan kegiatan lain، juga lebih baik dari berdzikir.
Abu Laits mengatakan “Seseorang yang duduk (di sebuah majlis) bersama orang Alim meski tidak dapat mengingat ilmu yang didapat darinya akan tetap mendapat 7 kemuliaan; anugerah yang diperoleh para pelajar, terjaga dari dosa, turunnya rahmat saat keluar dari rumahnya, saat rahmat diturunkan di perkumpulan tersebut ia juga mendapatkannya, dituliskan pahala ketaatan selama ia mendengarkan apa yang disampaikan, saat hatinya tidak dapat memahami apa yang disampaikan, kegundahan hatinya akan menjadi lantaran menuju ridha Allah karena satu keterangan (dalam hadits qudsi) Allah mengatakan:
اَنَا عِنْدَ الْمُنْكَسِرَةِ قُلُوْبُهُمْ مِنْ أَجْلِيْ
“Aku bersama orang-orang yang gundah hatinya karena-Ku.”, dan hatinya memunculkan keengganan melakukan perbuatan fasiq serta cenderung memikirkan ilmu.
Beliau (Abu Laits) juga mengatakan: “Orang yang bercengkrama bersama delapan golongan (dibawah ini) akan memiliki dampak tersendiri; bercengkrama bersama orang-orang kaya oleh Allah akan ditambah kecintaannya pada dunia, bercengkrama dengan orang-orang faqir dapat memunculkan rasa syukur kepada Allah, Berkumpul bersama para pemimpin dan penguasa membuat hati semakin sombong, berbaur dengan wanita bisa mengurangi keilmuan yang seharusnya didapat dan hanya akan memperbesar syahwat, bermain bersama anak-anak membuatnya lupa, bergaul dengan orang-orang fasiq hanya akan menambah keberanian untuk melakukan dosa serta menunda-nunda untuk bertaubat, berkumpul dengan orang-orang saleh akan menambah kecintaan pada keta’atan, berkumpul bersama Ulama dapat menambah pengetahuan dan pengalaman.