Ponselnya Smart Peoplenya Tidak

  • Nabil Makarim
  • Nov 29, 2022
Ponselnya Smart Peoplenya Tidak

Di era digital di mana hampir semua individu telah memiliki smartphone atau ponsel pintar. Tidak hanya kalangan muda saja, anak-anak dan bahkan para orang dengan usia lanjut pun telah banyak yang begitu piawai memainkan smartphone. Seakan tidak dapat dipisahkan hp dengan OS Android atau iOS ini berubah fungsi dari yang hanya sekedar media komunikasi menjadi memiliki ragam fitur yang begitu banyak. Komunikasi, sosial media, sumber informasi, entertainment atau hiburan, dan bahkan menjadi media dalam mencari nafkah. Ada anggapan bahwa ponselnya smart peoplenya tidak.

Sesuai dengan namanya smartphone ini sudah tidak diragukan lagi dalam urusan pengetahuan. Melalui mesin pencari Google dan browser lainnya hanya dengan hitungan detik kita mampu mencari informasi dengan sangat mudahnya. Mulai dari informasi receh dan remeh hingga informasi global, mulai dari ilmu pengetahuan umum hingga ilmu agama pun telah merambah dan mudah diakses.

Namun justru dengan begitu mudahnya mengakses informasi dari perangkat handphone terkadang bagi seorang pemula akan bingung untuk memfilter sumber-sumber yang otentik dengan sumber yang kurang terpercaya atau bahkan sesat. Disinilah perlunya kita bijak dalam mencari ilmu melalui internet, sebab apabila seseorang yang mempelajari sesuatu tanpa didampingi guru yang mumpuni maka malah akan menjadikan orang tersebut terjerumus kedalam kegagalan atau bahkan kesesatan.

Lebih-lebih apabila ilmu yang ia kehendaki adalah ilmu agama maka sudah menjadi keharusan untuk mengambil ilmu agama dari orang-orang yang saleh serta memiliki kredibilitas dan kapabilitas dalam bidangnya.
Sebagai mana sabda Rasulullah Saw.

إنّ هَذا العِلم دِين فانظرُواعمّن تأخذُون دينكُم
Artinya: ”bahwa ilmu ini adalah agama maka lihatlah kepada siapa kalian mengambil agama kalian” HR. Muslim

Pemahaman ulama’ mengenai hadis di atas adalah dalam mencari ilmu agama diharuskan mencari guru yang kompeten dengan sanad keilmuan yang jelas begitu pula seatasnya hingga sanadnya sampai kepada Baginda Rasulullah Saw.

Apabila kita kontekskan dalam negara Indonesia maka para ulama’ Nahdlatul Ulama’ serta Kiai pondok pesantren merupakan para ahli ilmu yang selain memiliki kapabilitas dalam ilmu agama yang tidak perlu diragukan juga memiliki sanad keilmuan yang bersambung kepada Nabiullah Muhammad Saw.
Kemudian yang kerap kali lalai dari seorang yang terlalu mengandalkan gadgetnya hingga ia menganggap segala ilmu pengetahuan cukup kita search di Google saja tanpa sedikitpun yang mereka hafalkan dalam hati. Padahal jelas ungkapan para ulama’:

العلم في الصدور لا في السطور

Artinya: “Sejatinya Ilmu adalah dalam hati bukan dalam baris lembaran”

Maksudnya adalah seyogyanya bagi para pencari ilmu untuk meresapi setiap ilmu yang ia pelajari dalam hati tidak sebatas menulisnya dalam catatan buku saja. Sehingga dengan adanya ilmu dalam hati maka ilmu tersebut akan menuntun hati untuk senantiasa menuju kebaikan hingga laku dhahir atau anggota tubuhnya pun akan tergerak menuju kebaikan pula.

Yang lebih parah lagi adalah apabila seseorang menggunakan smartphone malah justru untuk kegiatan yang tidak smart sama sekali seperti bermain game dan berlama-lama melihat sosmed, inilah yang membuat para pengguna smartphone tidak menjadi smart people. Bermain game atau berselancar di medsos memang boleh, namun tidak sepatutnya kita menghabiskan hari-hari kita hanya untuk kegiatan tersebut. Dan alangkah bijaknya bila sosmed kita gunakan sebagai sarana mencari ilmu pengetahuan yang bermanfaat.

Sehingga jangan sampai kita menuhankan handphone dengan menganggap bahwa kita tidak mampu hidup tanpa hp, serta melebih-lebihkan anggapan bahwa hp adalah segalanya. Hal demikian tak ubahnya sebagaimana Bani Israil yang telah kufur dengan menuhankan teknologi yang mereka anggap canggih sebagaimana ayat berikut:

{ ۞وَلَقَدۡ جَآءَكُم مُّوسَىٰ بِٱلۡبَيِّنَٰتِ ثُمَّ ٱتَّخَذۡتُمُ ٱلۡعِجۡلَ مِنۢ بَعۡدِهِۦ وَأَنتُمۡ ظَٰلِمُونَ }

Artinya: “Dan sungguh, Musa telah datang kepadamu dengan bukti-bukti kebenaran, kemudian kamu mengambil (patung) anak sapi (sebagai sesembahan) setelah (kepergian)nya, dan kamu (menjadi) orang-orang zalim.” [Surat Al-Baqarah: 92]

Digambarkan bahwa As-Samiri yang mampu membuat Al’ijl atau robot anak sapi emas yang mampu berbicara merupakan gambaran teknologi yang mampu membuat lalai Bani Israil dari seruan Nabi Musa as.

Kesimpulannya “Al-Ilm fiis sudur laa fiil fitur“, jangan sampe ilmu kita hanya bergantung pada fitur smartphone saja ya.

Semoga bermanfaat, wallahu a’lam bissowab.

Follow juga: Instagram PondokLirboyo

Ponselnya Smart Peoplenya Tidak
Ponselnya Smart Peoplenya Tidak

3

Post Terkait :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.