Saatnya Menjaga Diri dan Keluarga

Kebaikan sebuah keluarga menjadi awal dari kebaikan yang ada dalam lingkup kehidupan yang lebih luas di tengah-tengah masyarakat. Oleh karena itulah agama Islam banyak memberikan perhatian terhadap seluruh aspek kehidupan yang berhubungan dengan keluarga. Diantara perhatian Islam adalah bahwa seorang harus mampu untuk menjaga diri dan keluarganya. Sebagaimana firman Allah Swt dalam Al-Qur’an:

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا قُوْا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيْكُمْ نَارًا وَقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُوْنَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras yang tidak mendurhakai (perintah) Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”, (QS. At-Tahrim: 6).

Dalam kitabnya yang berjudul Jami’ Al-Bayan fii Ta’wil Al-Qur’an atau yang lebih sering dikenal dengan nama Tafsir At-Thabari, Imam Abu Ja’far Muhammad bin Jarir At-Thabari (wafat 310 H) menjelaskan terkait penafsiran ayat tersebut, “(Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka), maksudnya adalah hendaklah diantara kalian saling mendidik satu sama lain terhadap sesuatu yang dapat menjaganya dari ancaman api neraka. Dan mendidik serta mengajarkan sesuatu yang dapat mengantarkan seseorang untuk melakukan ketaatan kepada Allah Swt. Dan didiklah keluargamu dengan amal dan ketaatan. Yang mana hal tersebut juga dapat menjaga mereka dari ancaman siksa neraka.[1]

Sahabat Qatadah Ra juga berkata, “(Menjaga keluarga dari neraka adalah dengan) memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah Swt dan melarang mereka dari berbuat kemaksiatan kepada Allah, dan mengatur mereka dengan perintah Allah, memerintahkan mereka untuk melaksanakan perintah-Nya , dan membantu mereka untuk melaksanakan perintah Allah. Maka jika engkau melihat suatu kemaksiatan yang merupakan larangan Allah, maka engkau harus menghentikan dan melarang keluargamu dari kemaksiatan itu”.[2]

Senada dengan ungkapan tersebut, Imam Al-Alusi Ra mengatakan dalam karya monumentalnya, Ruh Al-Ma’ani, “Menjaga diri dari neraka adalah dengan meninggalkan kemaksiatan-kemaksiatan dan melaksanakan ketaatan-ketaatan. Sedangkan menjaga keluarga adalah dengan mendorong mereka untuk melakukan hal itu dengan nasehat dan pendidikan.”.[3]

Singkat kata, secara implisit Allah Swt telah memberi tuntunan kepada manusia untuk senantiasa menyelamatkan dirinya dan keluarganya dari ancaman api neraka di akhirat. Adapun mengenai cara dan prosedurnya tidak hanya dicukupkan terhadap pemahaman secara tekstual ayat. Namun cakupan aktualisasi ayat tersebut lebih luas, yakni segala cara dan tatanan syariat yang mengarahkan manusia menjadi hamba yang taat, baik melalui perantara  wasiat, media pendidikan, pengajaran secara langsung, dan lain sebagainya. Sehingga, membangun keilmuan dan peradaban dalam lingkup keluarga merupakan sebuah keharusan yang menjadi lahan implementasi nyata dari tanggung jawab duniawi maupun ukhrawi. Allah  Swt berfirman:

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ

Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rizki kepadamu, Kamilah yang memberi rizki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa”. (Qs. Thaha: 132). [] waAllahu a’lam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.