Dari tahun ke tahun kuantitas santri yang mondok ke Lirboyo benar-benar mencapai klimaks tak terduga sehingga fasilitas gedung yang ada sudah tidak memadai. Belajar mengajar yang ada di Liboyo tidak terbatas pada tempat yang diselenggarakan di serambi-serambi masjid saja. Akan tetapi juga meluber ke area tempat yang bisa dimanfaatkan sebagai tempat berlangsungnya Madrasah Hidayatul Mubtadi-in, sehingga tahun 1949 dimulailah proyek pembangunan Madrasah Al Ikhwan, disusul beberapa gedung yang berdiri tegak menyambut para santri belajar di dalamnya, untuk profil gedung-gedung itu diantaranya;
Gedung Al-Ikhwan.
Menurut saksi sejarah, dibangunnya gedung Al Ikhwan yang diprakarsai langsung oleh KH. Marzuqi Dahlan (sumber lain oleh KH. Mahrus Aly) merupakan salah satu sarana pendidikan tertua selain Al-Ihsan dan Pondok Lama. Gedung Al Ikhwan mulai diproyeksikan sekitar 5 tahun sebelum gedung Al-Ihsan. Gedung pendidikan pertama ini dibangun tahun 1956 dibawah pengawasan langsung KH. Marzuqi Dahlan. Gedung ini mempunyai dua lantai. Fasilitas gedung yang berlokasi berhadapan dengan pohon juwet dan bersebelahan dengan kamar huni santri Magelang tersebut lantai dasar difungsikan sebagai tempat tinggal santri. Sedangkan lantai atas digunakan untuk penunjang pendidikan, tempat kegiatan belajar-mengajar siswa dan aktifitas diskusi santri (musyawarah). Tepatnya pada tahun 2001, lantai atas dialih fungsikan sebagai kantor pusat Lajnah Baths al-Masâîl dan menjelma sebagai perpustakaan yang dilengkapi dengan turats-turats peninggalan salaf ash-Shâlihîn.
Gedung Al-Ihsan
Nama Ihsan merupakan singkatan dari nama-nama panitia pembanguan, alif diambilkan dari nama Ilham Nadzir, Ha’ diambilakan dari nama Hafidz (Ahmad hafidz), Sin diambilkan dari nama Sunadi dan Nun diambilkan dari nama Anwar Manshur, jadilah nama Al Ihsan. Gedung ini menjelma sebagai Muqabalah (semacam gedung tandingan) dari Gedung Al-Ikhwan serta Pondok lama yang diberi nama “Iman” oleh KH. Mahrus Aly beberapa tahun sebelumnya.
Gedung ini dibangun secara bertahap, mulai tahun 1972 hingga tahun 1977. Peletakan batu pertama oleh KH. Marzuqi Dahlan, Mbah Kurdi dari Desa Lirboyo. Awal mulanya, KH. Mahrus Aly mengusulkan agar gedung Al-Ihsan dibangun dua tingkat dengan pertimbangan saat itu belum ada otot besi penguat (beton). Akan tetapi, Kyai Marzuqi menganjurkan tiga tingkat, beliau dawuh ; “Wis ora usah otot-ototan, otote shalawat wae” (tidak usah pakai otot/penguat, tapi pakai shalawat saja).
Perjuangan panitia pembangunan Al-Ihsan sangat berat, Kyai Ilham Nadzir bersama Kyai Anwar mengendarai sepeda motor mencari kayu untuk lantai dua dan tiga ke daerah Tuban. Gedung ini memiliki tiga lantai, lantai satu dan dua masing-masing memiliki enam lokal kelas dan berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Sedangkan lantai tiga di desain tanpa sekat dan difungsikan sebagai auditorium yang digunakan berbagai HP (himpunan pelajar) yang belum mempunyai auditorium untuk melangsungkan Jam’iyyah pusat atau seminar. Gedung yang dibangun tanpa penguat besi tersebut hingga kini belum sedikitpun direnovasi dan menjadi cagar budaya Lirboyo.
Gedung Al-Barakah
Gedung ini dibangun tepatnya pada tahun 1986, berkapasitas tiga lantai dan digunakan sebagai wahana kegiatan belajar-mengajar santri MHM. Dikarenakan membludaknya santri putri, pada tahun 2005 gedung ini menjadi bagian dari Pondok Pesantren Hidayah Al-Mubtadiât atas permintaan lembaga tersebut sebagai sarana belajar mengajar.
Gedung Al-Ittihâd I Dan II
Menurut para saksi sejarah, santri tempo dulu jika nderes Al-Qur`an dan belajar tidak hanya di serambi masjid melainkan juga diarea persawahan yang ada disekitar Pondok. Ajaib, petilasan santri dulu itu kini malah menjelma menjadi gedung kembar Al-Ittihâd I dan II. Sang kakak, Gedung al-Ittihâd I memiliki kapasitas 28 ruang kelas. Lantai satu dan dua digunakan untuk asrama santri sebanyak 16 hunian, ditambah dengan Kantor Pramuka, Kantor Info II, dan LIM (Lembaga Ittihâd al-Muballighîn). Sedangkan lantai tiga yang dilengkapi dengan 6 ruang kelas berfungsi untuk kegiatan belajar mengajar siswa MHM. Adiknya, Gedung al-Ittihâd II dilengkapi 12 ruangan kelas yang semuanya berfungsi sebagai tempat belajar mengajar siswa MHM. Pembanguan gedung ini selesai tahun 1987. Barulah pada tanggal 8 mei 1998 gedung ini diresmikan oleh Pof. Dr. Quraish sihab.
Gedung Al-Ikhlâsh
Gedung yang berdampingan dengan Blok R ini dibangun tahun 1993, mempunyai tiga lantai dan berkapasitas 18 ruang kelas. Selain berfungsi sebagai kegiatan belajar mengajar, gedung ini sering digunakan untuk baths al-Masâîl HP (Himpunan Pelajar) yang belum mempunyai auditorium sendiri. Berbagai daerah yang belum memiliki ruang pertemuan sendiri juga melaksanakan Jamiyyah wilayah di gedung ini.
Gedung An-Nahdlah
Gedung ini mulai dibangun tahun 1998, pembangunannya dengan sistem bertahap, gedung ini berkapasitas 29 lokal. Lantai satu paling utara digunakan sebagai kantor pusat M3HM. Dua lokal Lantai dua sebelah utara digunakan sebagai kantor pusat kelas dua dan tiga Aliyah. 7 lokal lantai dua digunakan sebagai aula yang berfungsi sebagai tempat digelarnya Muhafadhah Akhîr as-Sanah. Dikarenakan lokasinya berdekatan dengan Aula al-Muktamar, gedung ini sering digunakan sebagai penginapan peserta yang menghadiri acara di aula seperti pada saat muktamar NU XXX tahun 1999, Munas Himasal, Reuni Akbar Himasal tahun 2004 dan MQKN II pada tahun 2006.
Gedung Al-Muhafadzah
Gedung ini dibangun pada tahun 1994, didesain tanpa sekat dan berkapasitas menampung 500 orang. Awal dari fungsi gedung ini untuk kegiatan lalaran rutinan (muhafadzah mingguan). Gedung ini juga berfungsi sebagai pusat kegiatan Jam’iyyah atau seminar para santri. Tepatnya pada tahun 2002, gedung ini disekat menjadi 6 ruang kelas. Selain kedua fungsi di atas, mulai tahun 2005, gedung ini juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar siswa tingkat I’dadiyyah I dan II pada siang hari.
0