Masih ingatkah pandemi covid-19. Sebuah wabah global yang menjangkit hampir di seluruh belahan dunia. Semuanya pasti tau kalau bencana pandemi tersebut bermula dari daerah Wuhan China sekitar akhir Oktober pada tahun 2019 M. Yang apabila kita konversi ke dalam kalender Hijriyah maka bertepatan paada bulan Rabiul Awal, sesaat setelah bulan Shafar berakhir.
Dalam banyak sekali mitos memang tak dapat kita pungkiri bulan Shafar merupakan bulan turunnya Bala’ atau malapetaka, musibah, kesialan dan hal buruk lainnya. Namun apakah benar demikian, lalu apakah Islam juga mengakui adanya mitos tersebut?
Dalam Islam sebenarnya tidak mengenal adanya kepercayaan tentang hari sial atau waktu-waktu tertentu yang dianggap membawa musibah. Hal demikian sangat bertentangan dengan prinsip akidah Islam yang mempercayai segala sesuatu baik dan buruknya semua adalah atas kehendak Allah Swt.
Tapi kendati demikian kepercayaan terhadap hari naas atau sesuatu yang menandakan adanya kesialan memang telah mengakar kuat di kalangan bangsa Arab jauh sebelum Islam datang. Jika seseorang mendapati suatu kejadian yang janggal maka ia akan mengartikannya sebagai pertanda kebaikan atau keburukan.
Tathayyur adalah sebutannya, yakni mempercayai tanda kesialan. Tathayyur sendiri secara bahasa berarti burung yang terbang, dikarenakan saat ada seseorang yang hendak melakukan sesuatu kemudian mendapati ada burung tertentu yang terbang maka menandakan terjadinya sesuatu yang buruk.
Islam datang untuk menghapus paradigma ini di tengah masyarakat Arab agar negara lain yang juga mempercayai takhayul juga segera menyingkirkan paradigma jahiliah tersebut. Sehingga dalam sebuah riwayat hadits Rasulullah bersabda
قال صلى الله عليه وسلم ” لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ وَلَا هَامَةَ وَلَا صَفَرَ ” رواه البخاري ومسلم
”Tidak ada ‘Adwa (penyakit menular), tidak Thiyaroh (merasa sial), tidak ada Haamah (burung hantu)”. HR. Muslim
Beberapa ulama menjelaskan hadis di atas menjadi dua pendekatan
1. sesungguhnya orang arab merasa sial dengan burung hantu, yaitu burung yang dikenal dengan burung malam, mereka (orang-orang arab) berkata : ” jika burung hantu jatuh dirumah salah satu di antara mereka maka mereka berpendapat bahwa itu adalah kabar kematian bagi dirinya atau sebagian keluarganya”. Ini tafsiran malik bin anas
2. sesungguhnya orang arab mengi’tikadkan bahwa tulang mayat atau ruhnya berubah menjadi burung hantu, ini tafsiran kebanyakan ulama’ dan yang masyhur.
Dan boleh juga yang dimaksud adalah kedua hal tersebut karena keduanya sama-sama bathil, maka Nabi shollallohu alaihi wasallam menjelaskan tentang kebatilan dan kesesatan orang-orang jahiliyah tentang keyakinan mereka tentang hal itu.
Meski tidak boleh diyakini akan tetapi mitos-mitos masyarakat seperti ini tidak lantas boleh kita sepelekan. Karena besarnya kepercayaan masyarakat akan hal tersebut sehingga stigma negatif tersebut sangat mungkin memanifestasikan diri menjadi kenyataan. Sebagai mana keterangan hadis qudsi menjelaskan;
عَنْ أبِي هُرَيْرَةَ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ، قالَ: «إنَّ اللَّهَ جَلَّ وعَلا يَقُولُ: أنا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، إنْ ظَنَّ خَيْرًا فَلَهُ، وإنْ ظَنَّ شَرًّا فَلَهُ»
Artinya: “Rasulullah bersabda bahwa Allah Jalla wa Alaa berfirman “Aku (Allah) sesuai praduga hamba-Ku, jika ia berprasangka baik maka baginya kebaikan, dan jika ia berprasangka buruk maka baginya keburukan””. HR. Tirmidzi
Dan memang tidak dapat dipungkiri bahwa beberapa ahli hikmah menyampaikan bahwa pada akhir bulan Shafar sering kali bala’ atau malapetaka diturunkan ke bumi. Oleh sebab itu pada awal bulan Shafar sangat dianjurkan untuk membaca doa keselamatan dari marabahaya sebagaimana doa yang telah diajarkan oleh baginda Rasulullah Saw yang berbunyi;
بِسْمِ اللَّهِ الَّذِى لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَىْءٌ فِى الأَرْضِ وَلاَ فِى السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Artinya: “Dengan menyebut nama Allah yang dengan sebab nama-Nya tidak ada sesuatu pun di bumi maupun di langit yang dapat membahayakan (mendatangkan mudharat). Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui).”
Ada juga doa tolak bala’ yang sering kita dengar dibaca usai sholat berjamaah. Doa tersebut berbunyi:
اللَّهُمَّ افْتَحْ لَنَا أَبْوَابَ الخَيْرِ وَأَبْوَابَ البَرَكَةِ وَأَبْوَابَ النِّعْمَةِ وَأَبْوَابَ الرِّزْقِ وَأَبْوَابَ القُوَّةِ وَأَبْوَابَ الصِّحَّةِ وَأَبْوَابَ السَّلَامَةِ وَأَبْوَابَ العَافِيَةِ وَأَبْوَابَ الجَنَّةِ اللَّهُمَّ عَافِنَا مِنْ كُلِّ بَلَاءِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ وَاصْرِفْ عَنَّا بِحَقِّ القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَبِيِّكَ الكَرِيْمِ شَرَّ الدُّنْيَاوَعَذَابَ الآخِرَةِ،غَفَرَ اللهُ لَنَا وَلَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلَامٌ عَلَى المُرْسَلِيْنَ وَ الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَلَمِيْنَ
Yang artinya, “Ya Allah, bukalah bagi kami pintu kebaikan, pintu keberkahan, pintu kenikmatan, pintu rezeki, pintu kekuatan, pintu kesehatan, pintu keselamatan, pintu afiyah, dan pintu surga. Ya Allah, jauhkan kami dari semua ujian dunia dan siksa akhirat. Palingkan kami dari keburukan dunia dan siksa akhirat dengan hak Al Quran yang agung dan derajat nabi-Mu yang pemurah. Semoga Allah mengampuni kami dan mereka. Wahai, zat yang maha pengasih. Maha suci Tuhanmu, Tuhan keagungan, dari segala yang mereka sifatkan. Semoga salam tercurah kepada para rasul. Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam,”
Selain perbanyak berdoa jangan lupa agar kita juga memperbanyak sedekah karena kita tau sedekah selain dari mengandung kepedulian sosial antar sesama juga merupakan ibadah yang mampu untuk menangkal turunnya bala’ dalam suatu hadis;
صَنَائِعُ الْمَعْرُوْفِ تَقِيْ مَصَارِعَ السُّوْءِ وَصَدَقَةُ السِّرِّ تُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ (رواه الطبراني)
Artinya: “Perbuatan-perbuatan baik akan melindungi kita dari berbagai keburukan dan sedekah yang dilakukan sembunyi-sembunyi akan menghindarkan diri kita dari siksa Tuhan”. (HR ath-Thabarani)
Wallahu a’lam.