Historiografi Modern dan Analisis Sejarah Nabi Sebagai Insani (1)

Historiografi Modern dan Analisis Sejarah Nabi Sebagai Insani (1)

Sejarah Nabi Muhammad sudah tidak lagi asing dalam dunia literasi. Karena seluruh sisi kehidupan beliau bagaikan lautan yang tak akan habis diminum. Beliau pun banyak dikagumi dan sering dikaji dan diteliti sejarahnya. Itu semua, karena Nabi Muhammad adalah sesosok yang paling sempurna di muka bumi bahkan alam semesta.

Dalam dunia keilmuan Islam klasik (turats), para ulama-ulama salaf memaparkan sejarah Nabi tidaklah terlepas dari dorongan ilahiyyah atau mukjizat dan sifat-sifat kenabian. Karena adanya keyakinan yang teguh bahwa Nabi Muhammad adalah basyarun laa kal basyar (manusia tapi tidak seperti manusia). Hal itu sudah menjadi keniscayaan dan tidak perlu lagi untuk dirasionalkan. Dan sumber validitas yang digunakan tetaplah merujuk kepada al-Qur’an, hadits dan riwayat-riwayat dari ahli sejarah Islam. Seperti “Maulid ad-Diba’i” karya Imam Wajihuddin Adurrahman, “Al-Barzanji” karya Syaikh Ja’far bin Hasan al-Barzanji, “Simtuddurar” karya Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi, “al-Bidayah Wa an-Nihayah” karya Imam Ibnu Katsir, “as-Sirah an-Nabawiyyah” karya Ibnu Hisyam dan masih banyak lagi.

Namun, dalam perkembangannya, gaya penampilan sejarah Nabi pun semakin beraneka ragam. Ada yang menuliskan sejarah Nabi hanya dari sudut pandang manusiawi saja tanpa disertai pemaparan sifat kenabian atau dorongan ilahiyyah yang melatarbelakangi semua kehidupan Rasululloh SAW. Dan juga ada yang mencoba merasionalkan peristiwa-peristiwa aneh yang dialami Nabi agar dapat diterima oleh semua kalangan.

Jelasnya, ada tiga gaya historiografi (penulisan sejarah) Nabi di era globalisasi ini:

1. Historiografi Kaum Orientalis dan Sejarawan Barat

Dalam penulisan sejarah Nabi kaum orientalis dan sejarawan barat lebih menonjolkan sifat kemanusiaan Nabi dan sifat-sifat lahiriyyah saja. Seperti jenius, heroik, pahlawan dan lain-lain. Tanpa memaparkan mukjizat atau dorongan ilahiyyah.

Adalah Karen Amstrong, salah satu sejarawan wanita barat dari Inggris, dengan historiografi modern yang berhasil menerbitkan buku tentang sejarah Nabi Muhammad yang berjudul “Muhammad Prophet For Our Time (1991)”. Dalam buku itu, Karen Armstrong memaparkan sosok Nabi Muhammad SAW sebagai seorang yang luar biasa berbakat, pemberani dan kompleks. Dia memperlihatkan karakter dan ide-ide Nabi demikian kuat untuk mengubah sejarah secara drastis dan menarik jutaan pengikut.

Buku ini sebenarnya dibuat untuk menangkis orang-orang barat yang banyak menyudutkan Nabi terkait integritas, perkawinan dan dakwah beliau. Ia ingin mengenalkan Nabi Muhammad sebagai founding father pertama dalam Islam kepada Eropa, yang sejatinya adalah sosok yang reformis dan visioner. Di akhir buku ia mengatakan:

“Jika kita ingin menghindari kehancuran, dunia Muslim dan Barat mesti belajar bukan hanya untuk bertoleransi, melainkan juga saling mengapresiasi. Titik berangkat yang baik adalah sosok Muhammad, seorang manusia yang kompleks, yang menolak kategorisasi dangkal yang didorong oleh ideologi, yang terkadang melakukan hal sulit atau mustahil untuk kita terima, tetapi memiliki kejeniusan yang luar biasa dan mendirikan sebuah agama dan tradisi budaya yang didasarkan bukan pada pedang, melainkan pada “Islam”, yang berarti perdamaian dan kerukunan.”[1]

2. Historiografi Rasionalisme dan Metode Ilmiah