Di mana saja kita sering dengar gosip. Baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Mulai dari permasalahan-permasalahan sepele hingga permasalahan yang serius. Bahkan anak kecil pun juga kadang melakukannya. Karena menggosip sering dilakukan banyak orang, maka membahas hukum dan seluk-beluknya sangat penting dilakukan.
Pengertian dan Dampak
Gosip dalam terminologi syariat disebut dengan ghibah. Yakni membicarakan kejelekan orang lain, sekalipun orang yang dibicarakan berada di hadapannya. Allah berfirman:
وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ.
Artinya: “Dan janganlah ada diantara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? tentu kamu merasa jijik”. (al-Hujurat:12)
Ghibah (selanjutnya disebut gosip) termasuk kategori akhlaqul mazmumah (akhlak tercela) yang diharamkan oleh Allah, dikarenakan dapat menimbulkan dampak negatif bagi orang yang membicarakan maupun yang dibicarakan. Dampak-dampak tersebut di antaranya:
1. orang yang dibicarakan tersakiti;
2. orang yang membicarakan seakan-akan menganggap bahwa ciptaan Allah penuh kekurangan;
3. membuang-buang waktu;
4. menjadikan dosa.
Delapan (8) Sebab Menggosip
Sementara sebab-sebab gosip ada 8, yaitu:
1. Iri
Berawal dari rasa iri kepada orang lain, terkadang orang terjebak melakukan gosip, membicarakan kejelekannya, meskipun sebenarnya orang tersebut tidak mempunyai kesalahan kepadanya.
2. Sebagai pemuas hati
Memuaskan hati yang dimaksud adalah melampiaskan rasa kesal karena iri. Sehingga ia akan merasa puas dengan membicarakannya, karena beranggapan seakan-akan orang yang diajak bicarapun juga sependapat dengannya.
3. Tidak ingin orang lain sukses
Hal ini biasanya dikarenakan rasa takut seseorang andai saja ada orang lain yang sukses seperti dia maka dia akan tersaingi.
4. Keinginan untuk dianggap
Biasanya orang yang sering menggosip merupakan orang yang ingin dianggap sebagai orang hebat dan mulia. Dengan cara membicarakan kejelekan orang lain dan merendahkannya, ia berharap agar lawan bicara beranggapan sebenarnya dirinya lebih mulia dibanding dengan orang yang dibicarakan.
5. Ingin memiliki banyak teman
Upaya seseorang untuk memperbanyak teman ada kalanya dengan menjelekkan orang lain. Agar orang-orang di sekitarya lebih suka kepadanya, sehingga mempunyai teman banyak.
6. Bercanda
Membicarakan orang lain terkadang hanya untuk bercanda saja, untuk mencairkan suasana. Meskipun pada kenyataannya hal tersebut dapat menyakiti salah satu pihak.
7. Cuci tangan dari kesalahan
Ketika seseorang mempunyai kesalahan, terkadang ia tidak mau mempertanggungjawabkannya. Justru ia memilih untuk membicarakan kesalahan atau kejelekan orang lain, agar terbebas dari kesalahanya sendiri dan justru orang lain yang dituntut untuk mempertanggungjawabkannya.
8. Menertawakan orang lain
Yakni sebagai bahan ledekan atau ejekan. Menyakiti orang lain dengan cara meledek atau menjelek-jelekannya dihadapan orang banyak. Entah teman-temannya, kerabatnya ataupun yang lain.
Nasihat Bukan Termasuk Gosip
Menasehati orang lain sebab kecerobohannya, tidak masuk kategori gosip. Begitu juga ketika menunjukkan suatu kemaslahatan kepada orang yang ceroboh. Karena Allah tidak pernah mencegah hamba-Nya untuk saling menasehati. Dalam konteks ini orang yang diajak bermusyawarah tentang calon suami atau istri boleh menyampaikan kekurangan-kekurangan darinya kepada calon pasangannya. Namun sebatas yang diperlukan, demi kemaslahatan setelah pernikahan, agar tidak terjadi penyesalan di antara keduanya. Dalam hal ini Syekh Zainuddin al-Malibari menjelaskan:
وَمَنِ اسْتُشِيرَ فِي خَاطِبٍ أَوْ نَحْوِ عَالِمٍ يُرِيدُ الْاِجْتِمَاعَ بِهِ ذَكَرَ وُجُوبًا مَسَاوِيهِ.
Artinya: “Orang yang diajak musyawarah tentang laki-laki pelamar seorang wanita, atau semisal tentang guru yang hendak berhubungan dengannya, maka ia wajib menyebutkan keburukan-keburukannya.”
Di mana kemudian oleh Syekh Abu Bakr bin Muhammad Syatha ad-Dimyathi dijelaskan, bahwa menyebut keburukan itu menjadi satu-satunya jalan untuk menghindarkan orang yang meminta nasihat dari keburukan orang yang akan berhubungan dengannya. (Fath al-Mu’in dan I’anah at-Thalibin, III/311).
Doa Pelebur Dosa Gosip
Sehubungan dengan sulitnya menghindarkan diri dari gosip, apabila seseorang terlanjur melakukannya, maka disunnahkan membaca doa:
(سُبْحَانَكَ اللهم وَبِحَمْدِك أَشْهَدُ أَنْ لاَ إلهَ إلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إلَيْكَ. (رواه الترمذي، حديث حسن صحيح
Artinya, “Maha suci engkau ya Allah. Aku bersaksi tiada Tuhan selain Engkau. Aku memohon ampunan dan bertobat kepada-Mu.” (HR. At-Tirmidzi. Hasan shahih)
Sumber:
1. Hafizh Hasan al-Mas’udi, Taisir al-Khalaq, (Surabaya: al-Hidayah, tth.),44-45)
2. Abu Zakariya Yahya an-Nawawi, Riyadh as-Shalihin, I/439.
3. Zainuddin al-Malibari, Fath al-Mu’in, (Bairut: Daral-Fikr, tth.), III/311.
4. Abu Bakr bin Muhammad Syatha ad-Dimyathi, I’anah at-Thalibin, (Bairut: Daral-Fikr, tth.), III/311
Oleh: Arina Robithoh Fuadina, Santri 3 Tsanawiyah MPHM PP. Hidayatul Mubtadi-aat Lirboyo, asal Magelang
0