Telah ditemukan beberapa data baru yang menunjukkan bahwa pengaruh dan peranan perjuangan KH. Subkhi Parakan tidak hanya sebatas dalam skup kedaerahan, melainkan skupnya sudah level nasional. Sebab itu, ulama yang dikenal dengan sebutan Kiai Bambu Runcing ini layak mendapatkan gelar pahlawan nasional.
Salah satu syarat yang diberikan kementerian sosial bisa diterimanya seorang tokoh menjadi pahlawan nasional adalah adanya pengakuan bahwa kiprah pengabdian atau dampak peranannya adalah berskala nasional.
Demikian disampaikan H Anashom, Dosen UIN Walisongo Semarang saat menjadi salah satu pembicara dalam Sarasehan bertajuk “Perjuangan Santri untuk Negeri, Pengajuan KH. Subkhi sebagai Pahlawan Nasional” di Pendopo Pengayoman Kabupaten Temanggung, Jumat (21/10).
“Salah satu dari data terbaru tersebut adalah dalam salah satu bukunya almarhum cendekiawan muslim Nur Kholis Madjid bercerita bahwa ayahnya dahulu pada masa perang revolusi sering bepergian beberpa hari lamanya meninggalkan rumahnya di Jombang. Pulang-pulang ternyata membawa oleh-oleh sejumlah senjata tradisional seperti ketapel dan bambu runcing sebagai modal perjuangan melawan penjajah kala itu. Ternyata bapaknya Nur Kholis Majid perginya ke Parakan Temanggung,” tutur Anashom.
Data lainnya, lanjut Anashom, pengakuan dari sastrawan Ajib Rasyidi juga pernah memberikan kesaksian dalam salah satu tulisannya bahwa pada zaman perang revolusi banyak orang-orang dari daerahnya yaitu Majalengaka Jawa Barat yang pergi ke Parakan untuk mencari doa.
Dalam sarasehan yang merupakan salah satu dari rangkaian peringatan Hari Santri Nasional 2016 yang dihelat PCNU Temanggung ini, Anashom mengimbau supaya PCNU Temanggung membentuk tim untuk menggali lebih dalam tentang kiprah dan peranan KH. Subkhi terutama dari nara sumber atau saksi dari luar daerah demi berhasilnya upaya pengusulan gelar pahlawan nasional tersebut.
“Siapa saja yang mendengar cerita dari informan tentang peranan KH. Subkhi supaya dicatat.Yang dibutuhkan adalah kesaksian dan pengakuan dari banyak orang lintas daerah walaupun hanya cerita-cerita kecil, pengakuan bahwa seseorang pernah pergi untuk sowan ke Mbah subkhi itu sudah cukup,” ujar Ketua PCNU Kota semarang itu.][
Penulis, M. Haromain, alumni Lirboyo angkatan 2010 asal Temanggung, Jawa Tengah
0